Bisnis.com, JAKARTA – Emiten Grup Astra, PT United Tractors Tbk. (UNTR) memberikan pinjaman kepada anak usahanya PT Arkora Hydro Tbk. (ARKO) hingga Rp125 miliar untuk keperluan refinancing dan investasi.
Sekretaris Perusahaan United Tractors Sara K. Loebis mengatakan perseroan bersama ARKO menandatangani perjanjian pinjaman pada 27 Maret 2023. Fasilitas pinjaman disalurkan dalam bentuk fasilitas pinjaman berulang (revolving) yang akan digunakan oleh ARKO untuk pembiayaan kembali (refinancing) atas pinjaman dari pemegang saham ARKO yaitu ACEI Singapore Holdings Private Ltd.
“Apabila pinjaman telah dibayarkan oleh ARKO dan mengingat pinjaman ini bersifat berulang, maka ARKO berencana untuk menggunakan kembali fasilitas sebesar yang telah dibayarkan untuk keperluan investasi serta modal kerja,” kata Sara dalam keterbukaan informasi, Kamis (30/3/2023).
Adapun pinjaman revolving ini memiliki bunga 9,5 persen per tahun, dan biaya manajemen 0,5 persen per tahun. Periode ketersediaan dana adalah satu tahun sejak ditandatanganinya perjanjian, sementara jangka waktu pembayaran 7 tahun sejak tanggal penarikan.
ARKO tercatat mencetak kinerja ciamik sepanjang 2022. Perseroan membukukan laba bersih Rp52,66 miliar pada 2022, tumbuh 7,75 persen dari posisi 2021 sebesar Rp48,95 miliar. Adapun pertumbuhan laba bersih disebabkan oleh terkereknya pendapatan ARKO hingga 24,94 persen selama tahun berjalan.
Pendapatan emiten yang bergerak di bidang energi baru terbarukan itu parkir di posisi Rp247,88 miliar naik dibandingkan dengan tahun sebelumnya Rp198,39 miliar. Segmen yang berkontribusi paling besar adalah jasa konstruksi yang mencapai Rp187,80 miliar dan penjualan listrik Rp59 miliar.
Baca Juga
PT PLN tercatat menjadi klien utama perseroan dengan kontribusi pendapatan sebesar Rp246,84 miliar. Akan tetapi, pertumbuhan pendapatan disertai dengan peningkatan beban pokok sebesar 35,27 persen menjadi Rp120,76 miliar yang ikut menekan bottom line perseroan.
Setelah dikurangi pajak dan beban-beban lainnya, laba per saham ARKO naik tipis dari posisi tahun lalu Rp19 menjadi Rp20. Sementara itu, total liabilitas tercatat naik dari Rp517 miliar pada 2021 menjadi Rp547 miliar pada akhir 2022.