BIsnis.com, JAKARTA – Investor kawakan Lo Kheng Hong bercerita kala dirinya rela menjual properti villa miliknya demi membeli saham sebuah emiten yang dianggapnya saat itu undervalue, saham itu adalah saham PT Timah Tbk. (TINS).
LKH menyebut pada 2002, dirinya kehabisan uang tunai saat hendak membeli saham emiten pelat merah tersebut. Menurutnya saat itu TINS memiliki nilai pasar yang lebih rendah dibandingkan dengan nilai buku ekuitasnya.
“Bahkan saya jual villa mewah saya untuk beli TINS karena saya tidak punya uang saat itu,” katanya dalam Seminar Saham Spesial, di GBI WTC Serpong, Sabtu (25/3/2023).
Saat itu, LHK membeli saham TINS pada 2002 di harga Rp290 per saham sebanyak 24 juta saham. Kemudian Warren Buffett Indonesia ini menjualnya dua tahun kemudian di harga Rp2.900 per saham. Maka, LKH meraup keuntungan hingga 900 persen atau sekitar Rp69,60 miliar.
Lo Kheng Hong juga mengungkapkan dirinya tidak membedakan emiten BUMN maupun emiten swasta selama valuasinya murah dan perusahaanya bagus atau biasa dia sebut membeli mercy harga bajaj.
“Meski sekarang [saya] lebih banyak swasta, sebetulnya tidak ada bedanya BUMN dan swasta,” katanya.
Baca Juga
Lo Kheng Hong memaparkan pembelian saham tergantung dengan prospek emiten ke depan, dengan membeli saham satu perusahaan karena kinerja masa depan. Contohnya ketika LKH membeli saham emiten yang merugi.
“Banyak yang bertanya kenapa beli emiten yang merugi, emiten itu justru valuasinya rendah, tapi aset di dalamnya masih banyak, jadi yang dilihat adalah prospeknya,” jelas LKH.
Setidaknya ada lima karakteristik emiten yang menurut LKH menarik dan akan menjadi wonderful company. memaparkan 5 ciri emiten yang disebut sebagai wonderful company dan layak untuk dikoleksi yaitu, memiliki valuasi murah, memiliki kas yang baik dan nihil utang, mampu menghasilkan laba untuk pelunasan utang, memiliki tata kelola yang baik serta bisnis yang bagus.