Bisnis.com, JAKARTA - Harga saham First Republic Bank (FRC.N) pada penutupan perdagangan Rabu, (22/3/2023) anjlok 15,5 persen turun ke level US$13,33 setelah Menteri Keuangan Amerika Serikat (AS) Yellen Janet belum bisa memberikan kepastian atas proses pengasuransian seluruh dana deposito nasabah di FRC.N.
Pernyataan tersebut disampaikan Yellen pada agenda sidang Subkomite Alokasi Senat AS untuk layanan keuangan. Secara lebih rinci Yellen menjelaskan bahwa pihaknya belum bisa mempertimbangkan langkah tersebut tanpa persetujuan kongres.
Adapun, untuk dapat merealisasikan skenario di mana Federal Deposit Insurance Corp (FDIC) dapat mengasuransikan semua deposito nasabah sampai akhir krisis perbankan, pemerintah AS harus terlebih dahulu meninjau risiko bank berdasarkan kasus per kasus.
Alhasil, pernyataan Yellen tersebut kembali memicu kekhawatiran di kalangan deposan. Sedangkan, Morgan Stanley dalam laporan sebelumnya menjelaskan bahwa potensi perpanjangan asuransi FDIC dapat mengembalikan sebagian besar nasabah First Republic.
Melansir laman Reuters, sejumlah bank yang terlibat dalam negosiasi penyelamatan First Republic meminta pengaturan pembagian kerugian yang akan dilakukan oleh pemerintah AS untuk dapat berkaca pada persyaratan yang disepakati oleh UBS Group (UBSG.S) dalam pengambilalihan darurat atas saingannya Credit Suisse (CSGN.S).
Namun demikian, proses akuisisi sebagaimana yang dilakukan UBS atas Credit Suisse baru dapat dilakukan apabila bank yang membeli First Republic mengalami kerugian yang lebih besar dari yang diperkirakan.
Baca Juga
Lebih lanjut, First Republic Bank sendiri masih enggan menanggapi hal tersebut. Terbaru, manajemen First Republic berencana memangkas sejumlah portofolio usahanya.
Dalam pemberitaan terbaru, First Republic Bank hingga saat ini dikabarkan belum mendapatkan suntikan dana dari pemberi pinjaman regional. Apabila demikian, pemberi pinjaman FRC.N mungkin perlu bersiap menghadapi bayang-bayang kerugian.
Di samping itu, pembeli potensial perlu menyerap setidaknya $26,8 miliar dalam kerugian mark-to-market dari portofolio pinjaman dan sekuritas First Republic, sementara $9,5 miliar tambahan diperlukan untuk merekapitalisasi bank.
Dalam skenario terburuk, analis Morgan Stanley memperkirakan saham First Republic akan merosot dalam ke level US$1 per saham.
Bahkan, beberapa investor mengaitkan potensi intervensi pemerintah dengan pengambilalihan regulasi yang terjadi setelah kegagalan Silicon Valley Bank dan Signature Bank bulan ini dan mengakibatkan hilangnya para pemegang saham mereka.
"Orang-orang khawatir, jika pemerintah turun tangan, tidak akan ada lagi yang tersisa bagi para pemegang saham," kata Dennis Dick, seorang trader di Triple D Trading.
Namun demikian, tak hanya kinerja harga saham First Republic saja yang mengalami pelemahan, sejumlah saham perbankan lainnya juga tampak mengalami tren serupa seiring dengan kabar runtuhnya Silicon Valley Bank (SVB).