Bisnis.com, JAKARTA — Kilau harga emas meredup pada akhir perdagangan Selasa (21/3/2023) atau Rabu (22/3/2023) pagi WIB akibat aksi profit taking para investor.
Aksi profit taking terjadi setelah logam mulia diperdagangkan di level tinggi dalam beberapa sesi terakhir. Di sisi lain, The Federal Reserve diprediksi akan tetap mengambil sikap tegas untuk melawan inflasi.
Dilansir dari Antara Rabu (22/3/2023), kontrak emas paling aktif untuk pengiriman April di divisi Comex New York Exchange, jatuh 41,70 dolar AS atau 2,10 persen menjadi ditutup pada 1.941,10 dolar AS per ounce, setelah diperdagangkan menyentuh level tertinggi sesi di 1.988,70 dolar AS dan terendah di 1.939,60 dolar AS.
Emas berjangka terangkat 9,30 dolar AS atau 0,47 persen menjadi 1.982,80 dolar AS pada Senin (20/3/2023), setelah melonjak 50,50 dolar AS atau 2,63 persen menjadi 1.973,50 dolar AS pada Jumat (17/3/2023), dan jatuh 8,30 dolar AS atau 0,43 persen menjadi 1.923,00 dolar AS pada Kamis (16/3/2023).
Kepala Strategi Teknis SKCharting.com Sunil Kumar Dixit menilai dengan penurunan harga emas dalam 24 jam terakhir maka koreksi dapat berlanjut ke area support US$1.932 — US$1.928.
"Menembus dan mempertahankan level di atas US$1.968 — US$1.978 adalah satu-satunya cara untuk mengembalikan emas ke jalur bullish untuk melanjutkan tren naik,” jelasnya.
Baca Juga
Investor juga menunggu hasil pertemuan FOMC. The Fed diperkirakan akan menyetujui kenaikan 25 basis poin lainnya.
Kendati demikian, para analis pasar berpendapat bahwa momentum tetap menguntungkan emas, mengingat meningkatnya ketidakpastian setelah pasar keuangan global melemah.