Bisnis.com, JAKARTA – Gerak kripto yang volatil masih cenderung dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti kebijakan moneter, sentimen makroekonomi, regulasi pemerintah, hingga agresivitas suku bunga yang ditetapkan Bank Sentral Amerika Serikat Federal Reserve.
Pasar kripto sempat melemah baru-baru ini disebabkan oleh berita krisis Silicon Valley Bank (SVB) dan Silvergate. Namun, Bitcoin cs bisa pulih setelah Federal Reserve atau The Fed menjamin keamanan dana pelanggan di bank SVB.
Head of Public Policy Zipmex Indonesia Erdina Oudang mengatakan dalam jangka pendek, sulit untuk memprediksi pergerakan kripto hanya dengan memperhitungan krisis SVB dan Silvergate
“SVB merupakan bank regional, kasus ini sebenarnya sistemik krisis yang terjadi di bank, terlebih bukan langsung di kripto. Bank ini sebenarnya kecil,” jelas Erdina kepada Bisnis, Jumat (17/3/2023).
Sementara itu, dalam jangka panjang, faktor yang memegang peranan penting adalah peraturan pemerintah, kemajuan teknologi, dan kondisi ekonomi global.
Meskipun demikian, Zipmex sebagai aplikasi investasi aset digital, sangat optimistis dalam memandang masa depan industri kripto. Zipmex mengklaim akan terus menganalisa perubahan yang terjadi di industri kripto dan memberikan solusi-solusi inovatif bagi pengguna.
Baca Juga
“Saya yakin industri kripto akan bangkit kembali seperti halnya website yang tetap bertahan saat bubble dotcom merebak. Saya optimistis kripto akan mampu melewati bubble yang bahkan mungkin lebih dasyat dari yang terjadi kemarin ini," kata Erdina.
Pada saat ini, lanjut Erdina, pihaknya mengamati situasi pasar karena banyak pengamat yang masih menunggu sampai kapan ‘tech downturn’ ini akan terus berlangsung. Meskipun berlangsung di seluruh dunia namun efek ‘tech downturn’ ini tidak merata.
Sementara itu, Bappebti memaparkan nilai transaksi kripto di Indonesia pada Januari 2023 mencapai Rp12 triliun, sedangkan di Januari 2022 senilai Rp42 triliun.
Penurunan tersebut disinyalir akibat dari efek kejatuhan Terra Luna pada Mei 2022 hingga FTX pada November 2022 yang memberikan perubahan sentimen investor terhadap pasar kripto. Namun demikian, jumlah investor kripto di Indonesia terus bertambah, tercatat 16,68 juta investor pada Januari 2023.
Adapun beberapa alasan potensial lainnya, jelas Erdina, salah satu kemungkinannya adalah tekanan peraturan yang meningkat, terutama karena pemerintah terus mengantisipasi isu-isu seputar pencucian uang, penipuan, dan aktivitas kriminal lainnya, serta pemberlakuan pajak atas transaksi kripto yang berlaku mulai Mei 2022.