Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Saham Keuangan Global Kehilangan Rp7.153,56 Triliun Dampak Silicon Valley Bank (SBV)

Dampak bangkrutnya Silicon Valley Bank (SVB), saham keuangan global kehilangan nilai pasar Rp7.153,56 triliun.
Nasabah mengantre di luar kantor pusat Silicon Valley Bank di Santa Clara, California, AS, pada hari Senin, (13/3/2023). Runtuhnya Silicon Valley Bank telah mendorong perhitungan global pada perusahaan modal ventura dan ekuitas swasta, yang mendapati diri mereka tiba-tiba terekspos secara bersamaan ke mesin uang industri teknologi. David Paul Morris/Bloomberg
Nasabah mengantre di luar kantor pusat Silicon Valley Bank di Santa Clara, California, AS, pada hari Senin, (13/3/2023). Runtuhnya Silicon Valley Bank telah mendorong perhitungan global pada perusahaan modal ventura dan ekuitas swasta, yang mendapati diri mereka tiba-tiba terekspos secara bersamaan ke mesin uang industri teknologi. David Paul Morris/Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Saham-saham sektor keuangan global telah kehilangan nilai pasarnya sebesar US$465 miliar atau Rp7.153,56 triliun sebagai dampak dari runtuhnya bank di Amerika Serikat (AS), Silicon Valley Bank (SVB).

Melansir Bloomberg pada Selasa (14/3/2023), kapitalisasi pasar gabungan di MSCI World Financials Index dan MSCI Emerging Markets Financials Index tercatat turun sekitar Rp7.153,56 triliun dalam tiga hari terakhir hingga hari ini (14/3/2023).

MSCI Asia Pacific Financials Index juga mengalami penurunan 2,7 persen dan mencapai level terendah sejak 29 November 2022.

Sejumlah korporasi keuangan di Asia seperti Mitsubishi UFJ Financial Group Inc. dari Jepang mengalami penurunan kapitalisasi pasar 8,3 persen.

Kemudian kapitalisasi pasar Hana Financial Group Inc. dari Korea Selatan turun 4,7 persen. Di Australia, ANZ Group Holdings Ltd. pun kehilangan nilai pasarnya 2,8 persen.

Penurunan terjadi setelah sejumlah bank di AS termasuk SVB mengalami keruntuhan. Investor juga mempertanyakan rencana penyelamatan dari pemerintah AS untuk sistem perbankan.

Meski begitu, Analis Bloomberg Intelligence Francis Chan menganggap industri keuangan di Asia relatif minim terdampak kejatuhan bank-bank AS itu.

"Sebagian besar bank-bank di Asia memiliki risiko minimal dari simpanan tiba-tiba yang melumpuhkan SVB," katanya dikutip dari Bloomberg pada Selasa (14/3/2023). 

Akan tetapi, masih ada kekhawatiran industri keuangan dapat melihat dampak terhadap investasi mereka pada obligasi dan instrumen keuangan lainnya di tengah gejolak yang disebabkan oleh SVB.

Krisis SVB juga memacu kekhawatiran eksposur treasury di Bank Jepang.

“Jadinya kita perlu menilai kemungkinan hard landing ekonomi di AS dan kemungkinan poros pada suku bunga oleh The Fed,” kata analis di Morningstar Inc. Michael Makdad.

Sebagaimana diketahui, SVB dilaporkan bangkrut pada Jumat (10/3/2023) pagi waktu setempat. SVB resmi dinobatkan bangkrut usai gagal mengumpulkan dana tambahan sebesar US$2,25 miliar dalam 48 jam. Kejadian tersebut lantas menyulut kekhawatiran masyarakat atas terulangnya kembali krisis pada 2008 silam.

Melansir laporan Reuters, tren kenaikan suku bunga agresif The Fed disinyalir menjadi faktor yang mendorong bangkrutnya SVB. Sejalan dengan hal tersebut, investor global menghadapi gejolak kekhawatiran akan kejadian lanjutan ke depan. Alhasil, penarikan dana besar-besaran tidak terelakkan. 

Setelah SVB, regulator bank AS kemudian mengumumkan penutupan Signature Bank pada Minggu (12/3/2023). Gelombang sinyal bank runs kemudian menjadi ancaman baru bagi perbankan AS.

“Para deposan menarik uang mereka secara tiba-tiba dan cepat sehingga bank bangkrut dan penurunan interday tidak dapat dihindari akibat penarikan besar-besaran itu,” kata Chief Executive Officer (CEO) Better Markets Dennis M. Kelleher. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper