Bisnis.com, JAKARTA — Emiten pelat merah sektor konstruksi, PT PP Presisi Tbk. (PPRE) mencatatkan pertumbuhan laba hingga 30,96 persen seiring meningkatnya pendapatan hingga 29,49 persen sepanjang 2022. Tumbuhnya pendapatan tak lepas dari perolehan kontrak baru pada segmen jasa pertambangan.
Direktur Utama PP Presisi Rully Noviandar mengatakan pertumbuhan pendapatan didorong oleh adanya peningkatan dari jasa pertambangan hingga 26 persen secara year-on-year (YoY). Pendapatan dari jasa pertambangan berasal dari proyek Hauling Road Weda Bay dan proyek Hengjaya Mineralindo.
"Seiring dengan pemulihan ekonomi Indonesia dan peningkatan market pada jasa konstruksi dan pertambangan yang didukung oleh kebijakan pemerintah, PP Presisi terus berupaya dalam meningkatkan positioning perseroan sebagai main contractor pada jasa konstruksi maupun jasa pertambanga,” ujar Rully dalam keterangan tertulis, Selasa (14/3/2023).
Selain jasa pertambangan, segmen pekerjaan sipil atau civil work turut berkontribusi terhadap pendapatan dengan diperolehnya kontrak baru atas pengerjaan beberapa proyek. Diantaranya adalah pengerjaan jalan tol Serang Panimban, pekerjaan tambah Bandara Kediri, saringan sampah Sungai Ciliwung, dan peningkatan jalan Empunala Mojokerto.
Kemudian terdapat juga pendapatan dari segmen pendukung untuk proyek pusat data atau data center BCA, AEON Deltamas, dan Sonic Camp Weda Bay.
PPRE beserta entitas anaknya mengamankan kontrak baru senilai Rp5,24 triliun sepanjang 2022. Mayoritas kontrak baru diperoleh dari jasa pertambangan sebesar 55 persen, pekerjaan sipil 41 persen, dan bisnis pendukung sebesar 4 persen.
Baca Juga
“Kami menargetkan perolehan kontrak baru di tahun 2023 meningkat 20 persen sampai 30 persen atau sebesar Rp 6 Trilliun sampai dengan Rp 7 Trilliun dengan peningkatan perolehan kontrak baru pada jasa pertambangan lebih dari 50 persen. Kontrak-kontrak baru tersebut akan memberikan kontribusi positif bagi pendapatan dan pertumbuhan perusahaan pada tahun-tahun mendatang," tuturnya.
Direktur Keuangan, Manrisk & Legal PP Presisi mengatakan peningkatan kinerja maupun perolehan kontrak baru pada segmen jasa pertambangan diharapkan dapat meningkat pada 2023. PPRE juga berharap jasa pertambangan dapat menjadi sumber recurring income atau pendapatan berulang yang dapat meningkatkan pertumbuhan kinerja keuangan.
Berdasarkan laporan keuangan per 31 Desember 2022, PPRE mencatatkan pendapatan sebesar Rp3,63 triliun. Angka ini naik 29,49 persen dari Rp2,8 triliun sepanjang 2021.
Pendapatan PPRE terdiri dari segmen konstruksi, sewa, dan ready mix.
Secara rinci, segmen konstruksi meningkat 42,11 persen menjadi Rp3,4 triliun, sewa turun 26,92 persen menjadi Rp117,61 miliar, dan ready mix turun 55,64 persen menjadi Rp110,33 miliar.
Selanjutnya, PPRE mencatatkan peningkatan harga pokok pendapatan dari Rp2,35 triliun menjadi Rp3,02 triliun sepanjang 2022. Adapun laba kotor PPRE meningkat 35,39 persen menjadi Rp612,38 miliar.
Setelah dikurangi berbagai beban yang dapat diefisienkan, PPRE mencatatkan laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp100,75 miliar sepanjang 2022. Nilai tersebut meningkat 30,96 persen dari Rp76,92 miliar sepanjang 2021.
Sementara itu, jumlah aset PPRE meningkat 7,94 persen dari Rp7,02 triliun di akhir 2021 menjadi Rp7,58 triliun di akhir 2022. Di sisi lain, jumlah liabilitas meningkat 9,57 persen dari Rp4,05 triliun pada 31 Desember 2021 menjadi Rp4,43 triliun pada 31 Desember 2022.
Kemudian untuk kas dan setara kas akhir tahun terjadi peningkatan 19,66 persen dari Rp255,38 miliar menjadi Rp305,61 miliar.