Bisnis.com, JAKARTA - Harga batu bara diprediksi mengalami penurunan sepanjang tahun ini, PT Bukit Asam Tbk. (PTBA) menjalankan sejumlah strategi agar tetap bisa mencatatkan kinerja positif di tahun ini.
Direktur Utama PTBA Arsal Ismail mengatakan pada 2023 outlook harga batu bara berdasarkan analisa diperkirakan akan terkoreksi. Karena hubungan antara China dengan Australia sudah mulai membaik dan perang antara Rusia dan Ukraina tidak banyak berdampak pada pasokan musim dingin meski masih terus berlanjut.
"Namun demikian, dengan situasi yang harga batu bara mungkin sudah terjadi koreksi harga tidak sebaik yang seperti tahun kemarin. PTBA sudah jauh-jauh hari melakukan antisipasi terhadap dampak yang akan terjadi terutama dengan terkoreksinya harga batu bara sampai saat ini," kata Arsal dalam konferensi pers, Kamis (9/3/2023).
Langkah yang dilakukan oleh PTBA adalah dengan tetap fokus melakukan efisiensi dan melakukan penetrasi pasar sehingga meskipun harga akan terkoreksi, PTBA akan menjaga kinerja pada 2023 dan berkomitmen bisa tetap bertumbuh positif.
"Masalahnya apakah lebih baik atau teringgi sepanjang sejarah nanti kita lihat. Kami berharap 2023 ini bisa sampaikan bisa yang tertinggi lagi. Tahun kemarin laba bersih Rp7,9 triliun tertinggi. Ini karena naiknya signfikan jadi tertinggi. Kami harapkan 2023, dan 2024 tetap sama," ujarnya.
Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko PTBA Farida Thamrin menambahkan, bahwa terkait dengan ASP tahun 2022 lebih tinggi dibandingkan rencana target.
Baca Juga
"Realisasi ASP 2022 mencapai Rp1,3 juta, naik dari 2021 itu cuma Rp1 juta, jadi ada peningkatan ASP. Kami menargetkan 2023 ASP lebih tinggi daripada yang kita tetapkan di 2022. Tapi terkait berapa besarannya kita akan liat forecast harga 2023," jelasnya.
Pada tahun 2022, Perseroan berhasil membukukan laba bersih sebesar Rp12,6 triliun atau 159 persen dari tahun sebelumnya yang senilai Rp 7,9 triliun.
Pencapaian laba bersih didukung dengan pendapatan sebesar Rp42,6 triliun atau 146 persen dibandingkan 2021 yang sebesar Rp 29,3 triliun.
Kenaikan signifikan dari pendapatan dan laba bersih perseroan didorong oleh pemulihan ekonomi global maupun nasional yang diikuti dengan meningkatnya permintaan di sektor batu bara, serta kenaikan harga jual batu bara yang signifikan.