Bisnis.com, JAKARTA - Harga emas kembali menguat pada akhir perdagangan Rabu (1/3/2023), memperpanjang kenaikan hari ketiga berturut-turut didorong oleh dolar AS yang lebih lemah.
Dolar AS melemah setelah aktivitas manufaktur China berkembang pada laju tercepat sejak April 2012, membuat para investor menjauh dari mata uang aman dolar.
Harga emas paling aktif untuk pengiriman April di divisi Comex New York Exchange, naik US$8,70 atau 0,47 persen menjadi US$1.845,40 per ounce, setelah diperdagangkan menyentuh level tertinggi sesi di US$1.852,50 dan terendah di US$1.829,60.
Harga emas melonjak US$11,80 atau 0,65 persen menjadi US$1.836,70 pada Selasa (28/2/2023), setelah terangkat US$7,80 atau 0,43 persen menjadi US$1.824,90 pada Senin (27/2/2023).
"Harga emas tergelincir US$9,70 atau 0,53 persen menjadi US$1.817,10 pada Jumat (24/2/2023)," mengutip Antara.
Presiden Federal Reserve Minneapolis Neel Kashkari mengatakan Rabu (1/3/2023) dalam percakapan dengan para pemimpin bisnis di Sioux Falls, South Dakota, bahwa dia berpikiran terbuka untuk menaikkan suku bunga sebesar 25 atau 50 basis poin.
Baca Juga
Sementara itu, data ekonomi yang dirilis Rabu (1/3/2023) beragam. Departemen Perdagangan AS melaporkan bahwa pengeluaran untuk proyek konstruksi AS turun 0,1 persen pada Januari menjadi 1,826 triliun dolar AS, setelah turun 0,7 persen pada Desember.
Indeks manufaktur AS dari Institute for Supply Management (ISM) naik tipis menjadi 47,7 persen pada Februari, dari 47,4 persen pada Januari. Ini juga mirip dengan ekspektasi para analis.
Logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman Mei terangkat 2,40 sen atau 0,11 persen, menjadi ditutup pada US$21,095 per ounce. Platinum untuk pengiriman April menguat US$6,30 atau 0,66 persen, menjadi menetap pada US$961,80 per ounce.