Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian BUMN berharap IPO PT Pertamina Geothermal Energy Tbk. (PGEO) dapat membuat perusahaan menjadi lebih profesional sekaligus mempercepat ekspansi peningkatan kapasitas pembangkit listrik.
Wakil Menteri BUMN I Pahala N. Mansury dalam sambutan menyampaikan IPO PGEO dapat membuat perusahaan menjadi semakin terbuka, akuntabel, dan profesional. Hal itu juga menjadi salah satu upaya Kementerian BUMN mengakselerasi Grup Pertamina, sebagai entitas induk PGEO.
"IPO PGEO menjadi salah satu upaya Kementerian BUMN agar Pertamina menjadi semakin profesional," paparnya dalam seremoni pencatatan saham perdana PGEO di Bursa, Jumat (24/2/2023).
Dalam 30 tahun masa beroperasinya, PGEO mengoperasikan pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) sebesar 627 MW. Rencananya, dalam 4 tahun ke depan, kapasitas tersebut naik sekitar 2 kali lipat menjadi 1.272 MW.
Menurut Pahala, dalam aksi IPO PGEO menggaet sejumlah mitra investor, baik domestik maupun asing. Harapannya, kemitraan tersebut dapat mempercepat target PGEO meningkatkan kapasitas pembangkit listrik.
"Kuncinya untuk kompetitif adalah kecepatan. Bagaimana kemitraan setelah IPO mengakselerasi dalam 4 tahun meningkatkan kapasitas hampir 2 kali lipat," imbuhnya.
Baca Juga
Kementerian BUMN juga berharap penambahan pasokan listrik dari PGEO dapat mendorong ketersediaan energi yang semakin efisien dan meluas. Selain itu, bersama mitra, PGEO dapat menerapkan perkembangan teknologi sehingga dapat menyediakan energi listrik dengan biaya yang lebih terjangkau.
Indonesia memiliki potensi energi panas bumi hinga 25 giga watt. Potensi tersebut tentunya harus dikelola dengan baik khususnya untuk kebutuhan masyarakat dan industri.
Dalam IPO, PGEO menawarkan ke masyarakat sebanyak 10,35 miliar saham biasa atas nama, yang mewakili sebesar 25,00 persen dari modal ditempatkan dan disetor Perseroan dan ditawarkan dengan Harga Penawaran Rp875 setiap saham. Perseroan telah melaksanakan Penawaran Umum sejak 20 - 22 Februari 2023 dan berhasil meraih dana sebesar Rp9,05 triliun.
Lebih lanjut Perseroan juga mengalokasikan sebanyak-banyaknya sebesar 1,50 persen dari modal ditempatkan dan disetor penuh setelah Penawaran Umum Perdana Saham atau sebanyak banyaknya 630.398.000 saham untuk Program Opsi Pembelian Saham Kepada Manajemen dan Karyawan Perseroan (Management and Employee Stock Option Program/ MESOP).
Penawaran Umum IPO Perseroan juga mengalami kelebihan permintaan alias oversubscribed hingga 3,81 kali dari porsi pooling, melampaui target yang telah ditetapkan sebelumnya. Hal ini merupakan pencapaian yang sangat cerah bagi Perseroan dan sebagai indikator positif tingkat kepercayaan investor kepada PGEO.
Direktur Utama PGEO Ahmad Yuniarto mengatakan pelepasan saham perdana atau IPO (initial public offering) untuk mendukung rencana Perseroan mengembangkan kapasitas terpasang Perseroan sebesar 600 MW hingga 2027 mendatang.
Perseroan menargetkan untuk meningkatkan basis kapasitas terpasangnya yang dioperasikan sendiri, dari 672MW saat ini menjadi 1.272MW pada tahun 2027. Selain juga mendukung ambisi PGE untuk terus tumbuh dan mengembangkan seluruh value chain dari sumber daya panas bumi Indonesia
Berdasarkan informasi dan data dari prospektus, kapasitas pembangkit listrik panas bumi di Indonesia diperkirakan akan tumbuh dengan kuat dari sekitar 2,8GW pada 2022 menjadi sekitar 6,2GW di tahun 2030, dengan CAGR sekitar 10,4 persen, dibandingkan dengan pertumbuhan rata-rata global pada CAGR sekitar 3,9 persen dalam periode yang sama.
Pada 2030, Indonesia akan memiliki kapasitas panas bumi terbesar dunia dengan menyumbang sebesar 28 persen dari proyeksi kapasitas panas bumi bersih secara global. Pertumbuhan ini didukung oleh potensi sumber daya panas bumi Indonesia yang signifikan, pertumbuhan permintaan pasar yang pesat serta dukungan kebijakan sebagai bagian utama dari roadmap pemerintah untuk meningkatkan kontribusi energi terbarukan dalam bauran energi nasional.