Bisnis.com, JAKARTA – Pasar keuangan Indonesia mengalami tekanan berupa kembali keluarnya modal asing dalam beberapa waktu terakhir setelah sepanjang tahun berjalan berada tren positif.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan bahwa volatilitas pasar keuangan global yang sangat tinggi pada 2022 mulai mereda pada awal tahun ini. Namun demikian, langkah the Fed, bank sentral Amerika Serikat, yang tetap bertahan dengan tingkat suku bunga acuan yang tinggi masih memberikan sentimen bagi pasar keuangan global.
Sri Mulyani menjelaskan tekanan mereda tercermin dari mulai masuknya aliran modal asing ke negara emerging markets, termasuk Indonesia, meski memang belum pulih sepenuhnya.
Arus modal asing yang masuk ke pasar obligasi emerging markets menunjukkan arah yang positif, di mana inflow tercatat mencapai US$7,2 miliar atau 1,5 persen dari dari asset under management.
Di Indonesia inflow mencapai Rp43,9 triliun secara tahun berjalan. Akan tetapi, sepanjang Februari, Kemenkeu mencatat terjadi outflow di pasar SBN sebesar Rp6,7 triliun. Dia menyebutkan kondisi serupa terjadi di beberapa emerging markets karena stance hawkish dari the Fed.
“Inilah yang tadi saya sebutkan stance dari the Fed akan sangat menentukan sentimen terhadap capital flow, terutama yang sifatnya jangka pendek untuk saham maupun obligasi,” kata Sri Mulyani, Rabu (22/2/2023).
Lebih lanjut, Sri Mulyani menambahkan bahwa porsi kepemilikan SBN saat ini masih didominasi oleh perbankan dan Bank Indonesia.
Porsi kepemilikan asing terhadap SBN terus mencatatkan penurunan sejak akhir 2022 yang sebesar 25,2 persen menjadi hanya 14,8 persen per Februari 2023.
Sementara itu, indeks volatilitas baik di pasar saham (VIX) maupun di pasar obligasi (MOVE) sudah mengalami penurunan pasca FOMC meeting pada Februari 2023. Level credit default (CDS) swap Indonesia juga cenderung melandai.
“Ini artinya persepsi risiko terhadap Indonesia semakin membaik, tentu dari sisi volatilitas masih akan kita perhatikan karena ini akan memberikan, tidak hanya sentimen positif, tetapi juga akan menentukan capital flow di Indonesia,” katanya.
Mulai meredanya tekanan di pasar keuangan juga tercermin dari nilai tukar rupiah yang menunjukkan tren apresiasi sejak awal 2023. Secara year-to-date (ytd), rupiah mencatatkan apresiasi sebesar 2,7 persen per 20 Februari 2023.