Bisnis.com, JAKARTA - Emiten tambang PT Adaro Minerals Indonesia Tbk. (ADMR) menyampaikan akan mengembangkan pasar ekspor ke produsen baja di berbagai negara pada 2023.
Head of Corporate Communication Adaro Minerals Indonesia Febriati Nadira mengatakan pihaknya melihat optimistis prospek batu bara metalurgi akan tetap positif, seiring dengan pertumbuhan ekonomi dan meningkatnya permintaan besi dan baja.
"Adaro Minerals akan mengembangkan pasarnya ke produsen baja di berbagai negara dan juga memenuhi permintaan pelanggan yang telah memiliki kontrak jangka panjang," kata Febriati kepada Bisnis, Rabu (22/2/2023).
Dia melanjutkan, ADMR akan terus mengikuti perkembangan pasar dengan tetap menjalankan kegiatan operasional, sesuai rencana di tambang-tambang milik ADMR dengan fokus untuk mempertahankan marjin yang sehat dan kontinuitas pasokan ke pelanggan.
Menurutnya, produk baru bara metalurgi Adaro Minerals memiliki keunggulan saing dibandingkan batu bara dari negara lainnya. Hal ini karena kadar abu dan fosfor yang sangat rendah, dan kadar vitrinit yang tinggi, sehingga menjadi produk batu bara metalurgi unik yang cocok sebagai bahan pencampuran.
Selain itu, lanjutnya, baru bara dari Indonesia memiliki keuntungan dalam hal jarak angkut yang pendek ke China. Hal ini diperkirakan akan mendukung permintaan China terhadap batu bara dari Indonesia.
Baca Juga
Sebagai informasi, ADMR akan meningkatkan target penjualan batu bara metalurgi tahun ini mencapai 4,3 juta ton, dibandingkan dengan pada 2022 mencapai 3,2 juta ton.
ADMR meningkatkan target volume penjualannya pada 2023 menjadi 3,8-4,3 juta ton. Jumlah tersebut naik dari capaian volume penjualan batu bara 2022 yang tercatat 3,20 juta ton.
Volume penjualan batu bara pada 2022 sendiri terpantau naik 39 persen dibandingkan dengan capaian penjualan pada 2021 sebanyak 2,30 juta ton.
Tahun ini, ADMR juga akan menyiapkan dana untuk belanja modal atau Capex sebesar US$70 juta–US$90 juta untuk segmen batu bara metalurgi.