Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Hoffmen Cleanindo (KING) ARB Terus, Investor Harus Waspadai IPO Trap

Saham PT Hoffmen Cleanindo Tbk. (KING) baru melantai 2 hari di bursa, dua kali pula saham KING ARB. Investor harus waspadai IPO trap.
Karyawati beraktivitas di kantor PT Bursa Efek Indonesia (BEI) pada hari pertama perdagangan saham tahun 2023 di Jakarta, Senin (2/1/2023). Bisnis/Arief Hermawan P
Karyawati beraktivitas di kantor PT Bursa Efek Indonesia (BEI) pada hari pertama perdagangan saham tahun 2023 di Jakarta, Senin (2/1/2023). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA — Emiten jasa penyedia jasa outsourcing, PT Hoffmen Cleanindo Tbk. (KING) mengawali hari keduanya listing di bursa dengan parkir di zona merah. Saham KING mentok auto reject bawah (ARB) dengan turun 9,40 persen ke posisi 106 pada perdagangan sesi pertama hari ini, Jumat (17/2/2023).

Mengutip RTI Business, Saham KING dibuka pada harga Rp117 kemudian terus terkoreksi hingga dan turun 9,40 persen ke Rp 106. Posisi itu terus bertahan hingga perdagangan sesi pertamu ditutup pukul 11.30 WIB.

Rentang harga KING terpantau tidak bergerak, stagnan di level 106 dengan frekuensi transaksi mencapai 228 kali. Sebanyak 460,90 ribu saham diperdagangkan dan nilai transaksi menyentuh Rp80,66 juta. Adapun kapitalisasi pasarnya tercatat di Rp275,60 miliar.

Emiten yang bergerak dalam bidang usaha Jasa Cleaning Service, Security, Washroom Hygiene, Suplai Tenaga Kerja ini baru saja listing kemarin, Kamis (16/2/2023), di hari pertamanya itu saham KING juga mengalami ARB dengan turun 10 persen ke posisi 117, turun 13 poin dari harga penawaran perdananya di 130.

Equity Research Analyst Phintraco Sekuritas Alrich Paskalis menjelaskan tren penurunan harga saham IPO dipengaruhi banyak faktor. Kondisi tersebut tidak terlepas dari pandangan investor pada nilai saham yang ditawarkan.

“Ini tergantung dari pandangan investor masing-masing apakah harga saat IPO dinilai overvalue sehingga ada aksi jual atau masih undervalue dan memicu aksi beli,” kata Alrich belum lama ini.

Selain itu, Alrich mengatakan kinerja perusahaan, sentimen pasar, kegiatan ekspansi atau inovasi bisnis dari emiten terkait juga dapat memengaruhi pergerakan harga.

“Untuk menghindari kerugian saham, investor perlu memastikan bahwa saham IPO memiliki pergerakan yang sangat fluktuatif. Sehingga selain potensi keuntungan yang besar, terdapat juga potensi kerugian yang besar,” katanya.

Oleh karena itu, dia menyarankan investor untuk memperhatikan kinerja dan kondisi keuangan terkini perusahaan, termasuk target dana IPO dan tujuan penggunaannya. Kondisi perusahaan afiliasi yang telah terlebih dahulu mencatatkan saham di bursa juga bisa menjadi acuan untuk menilai potensi emiten anyar.

“Atau jika tujuan membeli saham IPO adalah untuk investasi, kebijakan dan kemampuan perusahaan dalam membagikan dividen juga perlu dipertimbangkan,” kata dia.

Deputy Head of Research Sinarmas Sekuritas Ike Widiawati menuturkan beberapa saham emiten baru di pasar modal cenderung mengalami apresiasi di hari pertama melantai di bursa, tetapi kemudian mengalami pelemahan harga saham berturut-turut. Ike menyarankan investor untuk mencermati beberapa hal untuk menghindari jebakan IPO.

“Untuk menghindari jebakan IPO, investor harus memperhatikan tujuan emiten melakukan IPO. Saya juga menyarankan investor memperhatikan kinerja dan kondisi industri tersebut. Selain itu, adanya nama pemegang saham lama juga turut mempengaruhi persepsi investor," ujar Ike.

Dia melanjutkan, investor bisa mencoba untuk memperhatikan trade record atau gaya dari investor lama tersebut. Pasalnya, terdapat beberapa nama yang memang bermain di saham IPO, dan cenderung mampu menggerakkan harga saham baru tersebut.

Terakhir, dosen dan praktisi pasar modal dari Universitas Trisakti Lanjar Nafi mengatakan tren penurunan saham pada awal IPO turut dipengaruhi oleh persepsi investor terhadap kondisi makroekonomi.

“Jadi strategi investasi mereka menjadi lebih berhati-hati dan defensif,” kata dia.

Tren koreksi saham IPO, lanjut Lanjar, sejalan dengan pertumbuhan investor ritel di dalam negeri. Dia mengatakan pertambahan jumlah investor ritel menjadi indikasi bahwa aksi investasi di pasar saham dilakukan untuk jangka pendek, termasuk pada saham-saham IPO.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper