Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kisah Sukses Jet Lee dan Tony Chen Pendiri J&T Express yang Mau IPO

Berkat tangan dingin Jet Lee dan Tony Chen, kini J&T menjelma sebagai perusahaan logistik raksasa yang menjangkau berbagai wilayah di Asia.
Founder J&T Express Jet Lee, Brand Ambassador J&T Express Deddy Corbuzier dan CEO J&T Express Robin Lo pada 2017/Istimewa.
Founder J&T Express Jet Lee, Brand Ambassador J&T Express Deddy Corbuzier dan CEO J&T Express Robin Lo pada 2017/Istimewa.

Bisnis.com, JAKARTA — Nama perusahaan jasa logistik dan kurir pengiriman barang asal Indonesia J&T Express tidak bisa dipisahkan dari dua nama pendirinya, Jet Lee dan Tony Chen. Bagaimana tidak, berawal dari inisiasi kedua orang itulah J&T Express menjelma sebagai perusahaan jasa pengiriman yang ekspansif.

J&T Express bukanlah kolaborasi pertama antara Jet Lee dan Tony Chen. Mereka sebelumnya sama-sama bekerja di perusahaan pembuat smartphone Oppo. Jet Lee pernah menjabat sebagai CEO Oppo Indonesia, sementara Tony Chen merupakan pendiri dan CEO Oppo Co. Ltd.

“Pada 2015, Jet Lee dan Tony Chen mendirikan J&T Express dengan bermodalkan pengalaman mereka dalam distribusi. Mereka membangun jaringan logistik masif di seluruh Asia Tenggara yang menargetkan bisnis e-commerce yang tengah berkembang pesat,” tulis Nikkei Asia dalam artikel pada Maret 2022.

J&T Express tidak hanya fokus di Indonesia dan bergegas ekspansi dengan masuk ke Malaysia dan Vietnam pada 2017. Penetrasi berlanjut ke Filipina pada 2018, kemudian disusul operasional di Singapura dan Kamboja pada 2019.

Ambisi J&T selanjutnya mengarah ke pasar logistik China yang bernilai hingga US$3 triliun. Mereka resmi masuk ke arena persaingan pasar Negeri Panda pada Maret 2020, bertepatan dengan geger Covid-19 di Wuhan. J&T harus bersaing dengan perusahaan lokal seperti S.F. Holding, ZTO Express, hingga mesin logistik milik Alibaba Group, JD.com.

Strategi yang diterapkan J&T di China serupa dengan yang ia lakukan di Asia Tenggara, menyasar kota-kota lapis 2 dan 3, investasi besar, dan kebijakan harga yang agresif. J&T beroperasi di China dengan merek ‘Jitu’ yang memiliki arti ‘kelinci cepat’. Mereka menggandeng Oppo sebagai mitra pertamanya di China. Oppo dikabarkan juga menyuntik dana untuk J&T divisi China meski jumlahnya tidak diungkap.

Strategi J&T berbuah manis. Mereka tercatat mengirimkan lebih dari 20 juta paket per hari menurut data per Januari 2021. Volume itu menempatkan mereka sebagai penguasa 10 persen pangsa pasar logistik China. Biaya jasa pengiriman Jitu juga terbilang lebih murah daripada pesaingnya seperti YTO dan STO.

Jitu membanderol tarif pengiriman sebesar 1,05 yuan untuk paket di bawah 1 kilogram, lebih murah daripada pesaingnya yang rata-rata mematok 1,20 yuan. Kebijakan harga ini bahkan membuat otoritas pos China, Yiwu International Trade City, menerbitkan peringatan bagi J&T untuk pembenahan.

Namun peringatan tersebut tidak lantas menghentikan ekspansi J&T. Reuters melaporkan bahwa J&T mengakuisisi perusahaan logistik China Best Express dengan nilai transaksi mencapai 6,8 miliar yuan atau setara US$1,6 miliar pada Oktober 2021.

China Best Express merupakan salah satu sayap bisnis logistik utama Alibaba dalam 10 tahun terakhir. Akuisisi itu diestimasi menambah pangsa J&T di China menjadi 15 persen atau terbesar keempat menurut perkiraan Sealand Securities.

“Saya meyakini J&T Express Punya peluang untuk ikut tumbuh bersama pasar logistik e-commerce China yang besar dan terus berkembang. J&T punya visi yang ambisius dan petinggi yang berpengalaman yang mampu mengidentifikasi pasar dan berinovasi pada struktur biaya mereka. Pola pikir sebagai penantang akan membawa keuntungan bagi mereka,” kata Kaushik Sriram dari firma konsultan Kearney kepada KrASIA.

Kini J&T menjelma sebagai perusahaan logistik raksasa yang menjangkau berbagai wilayah di Asia. Mereka telah mengantongi pendanaan dari Boyu Capital, Hillhouse Capital Group, Sequoia Capital China hingga Tencent Holdings dengan nilai mencapai US$2,5 miliar dengan valuasi menyentuh US$20 miliar. Nilai itu menempatkan J&T sebagai perusahaan rintisan dengan valuasi terbesar setelah GoTo di angka sekitar US$30 miliar.

IPO

Terbaru, laporan Reuters pada Jumat (17/2/2023) menyebutkan J&T Express berniat melakukan penawaran umum perdana (IPO) di Hong Kong pada paruh kedua 2023. J&T dikabarkan akan mengumpulkan setidaknya US$1 miliar dari IPO tersebut. 

Usulan penjualan saham tersebut merupakan upaya kedua yang dilakukan J&T Express saat listing di Hong Kong. Rencana IPO 2022 ditunda karena kondisi pasar keuangan yang fluktuatif saat itu.

Kesepakatan itu bisa menjadi salah satu IPO terbesar di Hong Kong tahun ini. Berdasarkan data Revinitif, penjualan saham baru di Hong Kong telah anjlok 74 persen menjadi US$7,4 miliar pada tahun 2022 dari US$28,17 miliar pada 2021. Penurunan aktivitas IPO terjadi di tengah perlambatan global di pasar modal sebagai akibat dari kenaikan suku bunga, inflasi tinggi, dan ketegangan geopolitik yang sedang berlangsung.

Dengan target valuasi hingga US$20 miliar, J&T Express sedang mempertimbangkan untuk menjual 5 persen hingga 10 persen sahamnya, yang akan membuat IPO bernilai antara US$1-US$2 miliar, kata sumber Reuters.

J&T Express dikabarkan belum membuat keputusan akhir untuk melanjutkan listing, dan kesepakatan akan bergantung pada kondisi pasar keuangan,

Menanggapi pertanyaan dari Reuters, juru bicara J&T Express mengatakan bahwa perusahaan tidak mengomentari rumor atau spekulasi pasar. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Farid Firdaus
Sumber : Nikkei/Reuters
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper