Bisnis.com, SEMARANG - Emiten perkebunan dan kelapa sawit PT Astra Agro Lestari Tbk. (AALI) menganggarkan belanja modal atau capital expenditure (capex) hingga Rp1,7 triliun pada tahun ini.
Presiden Direktur AALI Santosa mengatakan perseroan jumlah capex tersebut belum final. Alhasil, capex AALI tahun 2023 kemungkinan berada di rentang Rp1,5 triliun hingga Rp1,7 triliun.
"Capex terbesar untuk tanaman belum menghasilkan. Alokasi capex perseroan untuk tanaman belum menghasilkan di rentang 50 persen hingga 70 persen," jelas Santosa di Jawa Tengah, Jumat (17/2/2023).
Dia juga menyebut angka capex 2023 nantinya akan bergantung pada fluktuasi harga pupuk.
"Kisaran mungkin antara 50-70 persen, lihatnya harga pupuk semester II/2023, pupuk komponen paling besar untuk perawatan," katanya.
Lebih lanjut, Santosa mengatakan perseroan akan menggunakan kas perusahaan untuk mendanai belanja modal tahun ini. Dia memastikan AALI tidak berencana untuk mencari pendanaan dari luar untuk pembiayaan capex.
Baca Juga
"Karena kami sudah refinance tahun lalu, sehingga pendanaan capex pasti akan kami ambil dari internal cash flow," katanya.
Sebelumnya, AALI menganggarkan dana belanja modal hingga Rp1,5 triliun untuk tahun 2022. Direktur Astra Agro Lestari Mario Casimirus Surung Gultom mengatakan, hingga semester I/2022, perusahaan telah menyerap capex sebesar Rp497,2 miliar. Jumlah tersebut lebih tinggi 30,2 persen bila dibandingkan dengan serapan semester I/2021 sebesar Rp382,9 miliar.
Sementara itu, AALI mencatatkan penurunan kinerja pendapatan dan laba bersih per kuartal III/2022.
Lini bisnis perkebunan sawit grup Astra itu, membukukan pendapatan sebesar Rp16,52 triliun per kuartal III/2022. Pencapaian tersebut turun 8,31 persen dibandingkan dengan pendapatan Rp18,01 triliun per September 2021.
Secara rinci, pendapatan dari sektor minyak sawit mentah dan turunannya menjadi kontributor terbesar pencapatan AALI dengan torehan Rp14,61 triliun. Namun, penjualan dari segmen turun dari sebelumnya Rp16,35 triliun.
Menyusul di belakangnya adalah penerimaan dari inti sawit dan turunan senilai Rp1,84 triliun, naik dari perolehan di periode yang sama tahun sebelumnya sebanyak Rp1,57 triliun. Sementara itu, pendapatan lain-lain tercatat sebanyak Rp63,24 miliar.
Sejalan dengan penurunan pendapatan, beban pokok pendapatan AALI turun menjadi Rp13,85 triliun dari periode yang sama sebelumnya sebesar Rp14,03 triliun. Laba bruto masih menurun menuju Rp2,66 triliun dari sebelumnya Rp3,61 triliun.
AALI mencatatkan laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik perusahaan sebesar Rp1,21 trilliun per September 2022, turun 17,29 persen dari laba bersih periode yang sama tahun sebelumnya Rp1,47 triliun.