Bisnis.com, JAKARTA - Emiten telekomunikasi PT Indosat Tbk. (ISAT) atau Indosat Ooredoo Hutchison (IOH) menargetkan pertumbuhan kinerja secara keseluruhan sejalan dengan pertumbuhan industri telekomunikasi di 2023, yakni 5-6 persen.
President Director and Chief Executive Officer IOH Vikram Sinha menuturkan industri telekomunikasi bergerak ke arah yang tepat pada 2023. Tahun ini, menurut Vikram industri telekomunikasi diharapkan akan bertumbuh 5-6 persen dan Indosat meyakini pertumbuhan industri telekomunikasi akan berjalan baik.
"Rencana kami adalah memastikan industri telekomunikasi bertumbuh. Guidance kinerja kami, adalah minimal sejalan dengan industri dan dengan keahlian serta fokus kami pada pengalaman pelanggan, kami mungkin bisa tumbuh lebih cepat," ucap Vikram, Senin (13/2/2023).
Vikram melanjutkan Indonesia tumbuh cukup baik di tengah ketidakpastian. Dia mengklaim Indosat memiliki peran yang besar untuk dimainkan. Vikram percaya Indosat akan tumbuh cukup baik pada 2023.
Menurutnya, jika produk domestik bruto (PDB) ditargetkan naik 4-6 persen, maka konsumsi selular sebagai bagian dari GDP juga akan meningkat. "Hal-hal ini memberikan saya kepercayaan jika masa depan akan terlihat sangat cerah bagi Indonesia dan IOH," ucap Vikram.
Adapun sepanjang 2022, ISAT membukukan pendapatan sebesar Rp46,75 triliun, meningkat 48,9 persen dibandingkan tahun 2021 yang sebesar Rp31 triliun.
Baca Juga
Layanan selular, MIDI, dan telekomunikasi tetap milik ISAT masing-masing memberikan kontribusi sebesar 86,1 persen, 12,2 persen, dan 1,7 persen terhadap pendapatan usaha konsolidasian yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2022.
Rinciannya, pendapatan selular ISAT meningkat sebesar 58,4 persen dibandingkan tahun 2021, terutama disebabkan oleh peningkatan pendapatan data, jasa nilai tambah dan interkoneksi yang diimbangi penurunan pendapatan telepon, SMS, dan sewa menara.
Lalu, pendapatan MIDI meningkat sebesar 5,7 persen dibandingkan tahun 2021, disebabkan oleh peningkatan pendapatan layanan IT dan internet tetap. Sementara itu, pendapatan telekomunikasi tetap meningkat sebesar 36,3 persen dibandingkan tahun 2021, yang dikontribusikan oleh kenaikan pendapatan telepon internasional dan pendapatan jaringan tetap.
Meski pendapatan meningkat, ISAT membukukan penurunan laba bersih sebesar Rp4,72 triliun atau turun 30 persen dibandingkan tahun 2021 yang sebesar Rp6,75 triliun.
Penurunan ini terutama disebabkan oleh peningkatan beban operasional, peningkatan beban depresiasi dan amortisasi, serta peningkatan biaya finansial, sebagai dampak dari penggabungan dua perusahaan, yang diimbangi oleh peningkatan pendapatan.