Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah dibuka melanjutkan pelemahan ke Rp15.144 per dolar AS. Pelemahan rupiah terjadi di tengah ekspektasi kebijakan hawkish The Fed yang berlanjut.
Mengutip data Bloomberg, Selasa (7/2/2023) pukul 09.00 WIB, nilai tukar rupiah melemah 0,59 persen atau 89 poin ke Rp15.144 per dolar AS. Pelemahan rupiah terjadi ketika indeks dolar melemah 0,14 persen ke 103,34.
Bersama dengan rupiah, mayoritas mata uang Asia terpantau bergerak variatif terhadap greenback. Peso Filipina melemah 0,61 persen, sementara ringgit Malaysia melemah 1,09 persen dan dolar Hong Kong melemah 0,01 persen.
Yuan China terpantau menguat 0,32 persen terhadap dolar AS. Begitu pula dengan baht Thailand yang menguat 0,46 persen dan yen Jepang menguat 0,23 persen.
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim sebelumnya memperkirakan rupiah akan dibuka berfluktuasi, tetapi akan ditutup melemah ke rentang Rp15.030–Rp15.100 per dolar AS.
Dia mengemukakan dolar AS bertahan kuat pada Senin (6/2/2023) setelah laporan pekerjaan AS terbaru memberi sinyal bagi The Fed untuk melanjutkan kebijakan hawkish.
Baca Juga
Pada Jumat (3/2/2023), laporan ketenagakerjaan Departemen Tenaga Kerja AS yang diawasi ketat menunjukkan bahwa nonfarm payrolls melonjak sebanyak 517.000 pekerjaan pada Januari 2023, di atas estimasi ekonom dalam jajak pendapat Reuters yang memperkirakan kenaikan sebesar 185.000.
“Angka penggajian yang mencolok bersama dengan rebound industri jasa AS pada Januari membuat investor mempertanyakan bahwa Fed hampir selesai dengan kebijakan pengetatan moneternya,” kata Ibrahim dalam risetnya, Senin (6/2/2023).
Pedagang menilai suku bunga The Fed akan mencapai puncaknya pada 5,05 persen pada Juni 2023 sampai bank sentral mulai memangkas suku bunga pada paruh kedua tahun ini.
Dari dalam negeri, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat laju pertumbuhan ekonomi sepanjang 2022 mencapai 5,31 persen atau kembali pada level seperti sebelum pandemi. BPS menyatakan, seluruh lapangan usaha sepanjang tahun lalu menunjukkan pertumbuhan positif. Sedangkan pertumbuhan ekonomi sepanjang kuartal keempat 2022 sebesar 5,01 persen year on year (yoy). Mengalami penurunan dibandingkan kuartal ketiga 2022 sebesar 5,73 persen.
“Setelah melihat data PDB pada 2022 stabil, maka akan berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi 2023 yang masih dibayangi resesi. Sumber pertumbuhan ekonomi Indonesia kemungkinan besar akan bergeser dari sektor eksternal ke sektor domestik, karena kegiatan ekspor diperkirakan akan melemah seiring dengan perlambatan ekonomi global,” lanjut Ibrahim.