Bisnis.com, JAKARTA – Arab Saudi secara tak terduga menaikkan harga minyak mentah untuk pasar Asia, dan pada saat yang sama juga mengerek harga untuk pelanggan Eropa dan Amerika Serikat.
Melansir Bloomberg, Senin (6/2/2023), kebijakan Arab Saudi terjadi meskipun harga minyak mentah global telah turun sekitar 7 persen tahun ini, karena kenaikan suku bunga di AS dan Eropa melawan optimisme tentang rebound permintaan China setelah berakhirnya penguncian virus corona.
Saudi Aramco yang dikendalikan negara meningkatkan sebagian besar harga minyak mentah yang akan dikirim ke Asia pada Maret 2023. Grade Arab Light andalan perusahaan dinaikkan US$2 per barel di atas patokan regional, 20 sen lebih tinggi dari harga bulan ini.
Penetapan harga ini adalah kenaikan pertama untuk Grade Arab Light sejak September 2022 dan bertentangan dengan survei Bloomberg terhadap para trader dan penyulingan, yang memperkirakan pemotongan sebesar 20 sen.
Arab Saudi menaikkan semua harga untuk pembeli Eropa sebesar US$2 per barel, dan sebagian besar untuk AS sebesar 30 sen.
Banyak anggota OPEC terdengar bullish tentang China, yang mungkin faktor tunggal terbesar dalam menentukan pergerakan harga minyak tahun ini.
Baca Juga
Sekretaris Jenderal OPEC Haitham al-Ghais menegaskan dia lebih optimistis terhadap China. Sementara itu Kepala Perusahaan Energi milik Kuwait mengatakan kepada Bloomberg bahwa konsumsi di negara importir minyak mentah terbesar dunia sudah meningkat
Goldman Sachs Group Inc. memprediksi Brent akan naik kembali di atas US$100 per barel pada kuartal ketiga 2023 karena China sepenuhnya membuka kembali ekonominya. Morgan Stanley memiliki ramalan serupa.
Kendati demikian, Menteri Energi Arab Saudi, Pangeran Abdulaziz bin Salman, pada Sabtu (3/2/2023) mengatakan pihaknya akan berhati-hati dalam meningkatkan produksi minyak.
Arab Saudi adalah pengekspor minyak terbesar di dunia. Negara itu menjual sekitar 60 persen dari pengiriman minyak mentahnya ke Asia di bawah kontrak jangka panjang, harga yang ditinjau setiap bulan. Adapun China, Jepang, Korea Selatan, dan India adalah pembeli terbesar.
Langkah ini cenderung diikuti oleh produsen Teluk Persia lainnya seperti Irak dan Kuwait.