Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Minyak Dunia Diramal US$100 per Barel, Arab Saudi Tetap Hati-hati

Menteri Energi Arab Saudi memperingatkan bahwa sanksi terhadap produsen energi akan menjadi bumerang jika permintaan meningkat dengan cepat.
Abdulaziz bin Salman/Bloomberg.
Abdulaziz bin Salman/Bloomberg.


Bisnis.com.com, JAKARTA – Menteri Energi Arab Saudi menegaskan kembali untuk tetap berhati-hati dalam meningkatkan produksi minyak ketika sejumlah analis komoditas terkemuka menilai lonjakan permintaan akan mendorong harga naik ke US$100 per barel.

“Saya akan percaya ketika saya melihatnya dan kemudian mengambil tindakan,” kata Pangeran Abdulaziz bin Salman pada Sabtu di Riyadh, mengutip Bloomberg, Senin (6/2/2023).

Menteri yang berbicara dengan sejarawan energi Daniel Yergin, mengatakan OPEC+ telah terbukti benar dengan keputusannya pada Oktober 2022 untuk memangkas produksi sebesar 2 juta barel per hari. Langkah tersebut memicu perdebatan dengan AS, yang mengatakan ekonomi dunia membutuhkan pasokan minyak mentah lebih banyak, meskipun kini ketegangan telah mereda.

Para komite OPEC+ bertemu pada Rabu pekan lalu dan merekomendasikan menjaga produksi minyak mentah tetap stabil di tengah ketidakpastian atas kekuatan pemulihan ekonomi China dan volume ekspor Rusia karena negara-negara Barat memperketat sanksi terhadap Moskow.

Harga patokan Brent sempat melonjak menjadi sekitar US$130 per barel setelah invasi Rusia ke Ukraina Februari lalu. Harga itu kemudian merosot di bawah US$80 per barel, dengan kenaikan suku bunga dan dolar yang kuat menyebabkan perlambatan ekonomi.

Namun pasar minyak tetap ketat. Goldman Sachs Group Inc. menilai faktor stok rendah dan kapasitas cadangan di antara produsen, akan membuat Brent naik kembali di atas US$100 per barel pada kuartal ketiga 2023. Morgan Stanley memiliki ramalan serupa.

Menteri Energi Arab Saudi memperingatkan bahwa sanksi terhadap produsen energi akan menjadi bumerang jika permintaan meningkat dengan cepat.

“Semua sanksi ini, embargo, semuanya akan berbelit-belit menjadi satu hal dan hanya satu hal: kekurangan pasokan energi dari semua jenis saat mereka paling dibutuhkan. Itulah kekhawatiran saya” katanya.

Arab Saudi terus bekerja sama dengan Rusia dalam masalah OPEC+ sejak invasi. Putra Mahkota Mohammed bin Salman berbicara dengan Presiden Rusia Vladimir Putin dua hari sebelum pertemuan Rabu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Farid Firdaus
Editor : Farid Firdaus
Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper