Bisnis.com, JAKARTA - Menjelang musim rilis laporan keuangan tahunan, emiten-emiten dalam indeks LQ45 dan IDX30 diperkirakan bakal memiliki prospek cerah.
Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta menyebutkan kedua indeks berpeluang mengalami uptrend dari hasil kinerja emiten-emitennya sepanjang 2022.
"Saat ini wajar pelaku investor mulai melakukan akumulasi beli terhadap emiten-emiten IDX30 dan LQ45, yang memang secara kinerja positif dari sisi bottom line, dan prospek ke depan memang masih relatif positif," jelasnya kepada Bisnis, Minggu (5/2/2023).
Secara sektoral, saham-saham perbankan diperkirakan akan kompak mencatat kinerja positif sepanjang 2022. Selain dari sisi margin, hal ini didorong pula oleh kinerja pertumbuhan kredit, yang tahun ini diproyeksikan masih double digit.
"Perbankan NPL [kredit bermasalah] masih 3 persenan, masih bagus mitigasinya. Likuiditas masih terjamin dan tahun ini BI juga lebih cenderung menjaga kebijakan prostablitas dan pertumbuhan. Belum ada indikasi kuat bahwa BI akan melakukan pengetatan kebijakan lebih lanjut untuk menjaga likuiditas dan stabilitas perbankan," jelasnya.
Seiring kian dekatnya tahun politik, kampanye pemilu akan dimulai pada April mendatang. Dengan demikian sektor konsumer non-siklikal juga berpotensi mendulang kinerja cemerlang. Pemerintah diperkirakan akan terus menggenjot ketahanan daya beli masyarakat, terutama menghadapi periode pemilu.
Baca Juga
Kemudian, ada faktor lain seperti periode ramadan dan Idulfitri, yang akan menjadi pendorong daya beli rumah tangga musiman yang mendukung sektor konsumer.
"Pelaku pasar menantikan lapkeu emiten-emiten ini positif untuk pergerakan IDX30 dan LQ45, karena proyeksinya 2022 akan progresif dari sisi bottom line, termasuk dari sektor energi walaupun sekarang indeksnya dalam keadaan bull trend," kata Nafan.
Untuk sektor energi, meskipun commodity boom price sudah lewat, investor akan melihat kondisi pergerakan harga emiten yang mengalami oversold sehingga bisa dianggap menarik untuk dicermati untuk akumulasi.
"Emitien komoditas proyeksinya 2022 akan progresif terutama dari sisi bottom line, dari pertumbuhannya itu bisa di atas ekspektasi karena tahun kemarin commodity boom price masih membantu menjelang musim dingin," ungkapnya.
Pelaku investor juga akan mencermati dividen, emiten yang akan membagikan dividen menarik untuk dicermati. Emiten komoditas juga berpotensi membagikan dividen yang lebih menarik dan dengan dividen yang lebih tiinggi melihat kinerja 2022 yang lebih tinggi.
Selain itu, terkait dengan perubahan konstituen, Nafan menilai bisa mengundang dana asing masuk, karena mereka mencermati harga saham emiten yang masuk ke IDX30 dan LQ45.
"Meskipun emiten yang keluar kan juga sebenarnya berpeluang kembali masuk, dinamika ini tetap menariik untuk dicermati karena investor akan melakukan akumulasi ke emiten yang punya prospek positif, didukung oleh GCG yang baik," imbuhnya.
Nafan merekomendasikan pelaku pasar untuk mencermati sederet emiten yang kinerjanya sudah atau terindikasi menjanjikan. Mulai dari PT Bank Rakyat Indonesia Persero Tbk (BBRI), PT Bank Negara Indonesia Persero Tbk (BBNI), PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Mandiri Persero Tbk (BMRI), hingga PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO).
Kemudian ada lagi PT Astra International Tbk (ASII), PT Elnusa Tbk (ELSA), PT Indika Energy Tbk (INDY), PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG), PT Kalbe Farma Tbk (KLBF), PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC), PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS), PT Bukit Asam Tbk (PTBA), PT Telekomunikasi Indonesia Persero Tbk (TLKM), serta PT United Tractors Tbk (UNTR).
----
Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.