Bisnis.com, JAKARTA — Emiten anak PT Pertamina (Persero), PT Pertamina Geothermal Energy Tbk. (PGEO) atau PGE, bakal melantai di bursa akhir Februari 2023. Kinerja PGE terbilang solid seiring dengan kontrak jangka panjang dengan PLN.
Direktur Utama Pertamina Geothermal Energy Ahmad Yuniarto menyampaikan kinerja solid PGE didukung kesepakatan kontrak jangka panjang atau rata-rata di atas 20 tahun dengan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN sebagai offtaker tunggal. Posisi ini sekaligus memastikan perolehan arus kas yang dapat diprediksi.
“PGE memiliki hubungan yang baik dan luas dengan PLN dan secara historis mampu menegosiasikan ulang tarif kontraktual yang ada dengan PLN,” jelasnya dalam paparan publik PGEO di Jakarta, Rabu (1/2/2023).
Sementara itu, Direktur CLSA Sekuritas Indonesia Richard Fischer menyebutkan, PGEO telah berdiskusi dengan investor dari sejumlah negara, seperti Singapura, Hong Kong, Jepang, di Asia, serta ada pula dari Inggris, Amerika Serikat, dan Timur Tengah.
"Jadi kami sudah bicara dengan beberapa investor berkualitas tinggi dan mereka umjmnya menunjukkan minatnya pada IPO PGEO," terangnya.
Terkait dengan prospek PGEO ke depan, Fischer juga mengatakan cukup optimistis dengan perseroan menawarkan lini bisnis yang unik, membawa isu-isu lingkungan, dan hasil produksinya juga merupakan sumber energi yang penting untuk membantu Indonesia bergeser ke netral karbon.
Baca Juga
Rekam jejak keuangan yang solid menjadi modal PGE untuk menangkap peluang industri panas bumi ke depan. Wood Mackenzie memperkirakan tambahan hingga 3,4 GW kapasitas geothermal dalam satu dekade ke depan.
Ahmad menambahkan komitmen besar PGE yang melekat kepada ESG juga sejalan dengan agenda dekarbonisasi nasional. Pemerintah Indonesia telah menerbitkan peta jalan untuk mencapai net zero emission (NZE) pada 2060.
"Dampak ke IHSG harapannya bagus dan harusnya bagus prospeknya bagus buat Indonesia harusnya bisa jadi benchmark transaksi untuk Indonesia dengan Pertamina. Sementara dampaknya dari valuasi belum tau," imbuh Fischer.
Di kesempatan yang sama, Direktur Keuangan PGEO Nelwin Aldriansyah mengatakan, IPO PGE menawarkan sesuai dengan skema 144A.
"Artinya kita bisa menjangkau investor sampai ke Eropa dan AS namun pencatatannya hanya akan di satu bursa di Bursa Efek Indonesia," jelasnya.
Dalam prospektus IPO, PGE menetapkan kisaran harga perdana Rp820-Rp945 per saham. PGEO menawarkan sebanyak-banyaknya 10,35 miliar saham dengan nilai nominal Rp500 atau 25 persen dari modal ditempatkan dan disetor.
Oleh karena itu, PGEO dapat meraih dana IPO maksimal Rp9,78 triliun, dan serendah-rendahnya Rp8,48 triliun.
Perseroan akan mengalokasikan sebanyak-banyaknya sebesar 1,50 persen setelah IPO atau sebanyak-banyaknya 630,39 juta saham saham untuk Program Opsi Pembelian Saham Kepada Manajemen dan Karyawan Perseroan (Management and Employee Stock Option Program).
PGEO berencana untuk menggunakan 85 persen dana IPO untuk pengembangan usaha sampai 2025. Perinciannya, sekitar 55 persen akan digunakan sebagai capital expenditure (capex) atau investasi pengembangan kapasitas tambahan dari WKP operasional PGEO saat ini, yang dilakukan melalui pengembangan konvensional dan utilisasi cogeneration technology untuk memenuhi permintaan tambahan dari pelanggan existing PGEO.
Kemudian sekitar 33 persen akan digunakan untuk capex pengembangan kapasitas tambahan dari WKP operasional PGEO saat ini yang dilakukan melalui pengembangan konvensional dan utilisasi cogeneration technology, untuk mengantisipasi kebutuhan pasar baru.
Kemudian sekitar 12 persen akan digunakan untuk capex atau investasi pengembangan kemampuan digital, analitik, dan manajemen reservoir untuk mendukung production, operation & maintenance excellence.
Adapun, sebesar 15 persen sisa dana hasil IPO atau sebanyak-banyaknya sampai US$100 juta akan digunakan untuk pembayaran sebagian facilities agreement tertanggal 23 Juni 2021 antara PGEO dengan mandated lead arrangers, kreditur sindikasi awal, dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) sebagai Facility Agent.