Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Transaksi Saham Baru Rp10 Triliun Jauh di Bawah Target BEI, Ada Apa?

Rata-rata nilai transaksi harian (RNTH) saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) kembali turun sepanjang pekan perdagangan 24—27 Januari 2023.
Karyawan melintas di dekat layar pergerakan indeks harga saham gabungan (IHS) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (11/10/2022). Bisnis/Fanny Kusumawardhani
Karyawan melintas di dekat layar pergerakan indeks harga saham gabungan (IHS) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (11/10/2022). Bisnis/Fanny Kusumawardhani

Bisnis.com, JAKARTA — Rata-rata nilai transaksi harian (RNTH) saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) kembali turun sepanjang pekan perdagangan 24—27 Januari 2023. Nilai transaksi juga masih berada di bawah target yang dibidik BEI.

BEI mencatat RNTH pada periode 24—27 Januari 2023 sebesar Rp9,70 triliun, turun 5,27 persen dibandingkan dengan pekan sebelumnya sebesar Rp10,24 triliun. Angka tersebut melanjutkan penurunan di pekan sebelumnya yang mencapai 11,20 persen dari Rp11,53 triliun menjadi Rp10,24 triliun.

Nilai RNTH juga masih berada di bawah target BEI pada 2023 yang dibidik di angka Rp14,75 triliun. Pada penutupan perdagangan kemarin Jumat (27/1/2023), RNTH bertengger di Rp10,22 triliun atau naik daripada hari sebelumnya Rp10,13 triliun.

Penurunan nilai transaksi harian dalam dua pekan terakhir kontras dengan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Sempat tertekan pada awal tahun, IHSG menguat ke 6.898,98 pada penutupan Jumat dan posisi penutupan itu merupakan yang tertinggi sepanjang 2023.

Gairah investor yang belum sesuai target BEI turut meredupkan harapan January Effect. Head of Investment Information Mirae Asset Sekuritas Roger MM mengatakan kenaikan suku bunga acuan The Fed sebanyak tujuh kali berturut-turut pada 2022 telah menimbulkan spekulasi soal risiko resesi. Hal itu bisa memukul performa berbagai sektor seperti teknologi yang selama 2022 bergerak negatif.

“January Effect 2023 masih akan dibayang-bayangi sentimen kenaikan suku bunga lanjutan dari The Fed yang diprediksi akan terjadi di Februari,” kata Roger.

Secara historis, pergerakan IHSG pada Januari dalam 12 tahun terakhir didominasi oleh penguatan. Pada Januari 2022, IHSG menguat 0,75 persen, sementara pada 2020 dan 2021 masing-masing melemah 5,71 persen dan 1,95 persen.

Sementara itu, Head of Equity Research and Strategy Mandiri Sekuritas Adrian Joezer mengatakan pelemahan yang sempat dialami IHSG tidak lepas dari aksi investor asing yang mengalihkan dana ke pasar Asia bagian utara, terutama ke China seiring dengan kebijakan pelonggaran pembatasan yang diterapkan.

Pasar Negeri Panda dipandang lebih atraktif karena valuasi pasar yang lebih murah. Sebagai perbandingan, rasio price to earnings (PE) indeks China CSI300 adalah 13,3 kali pada 2022 dan indeks Hang Seng di 10,9 kali. Sementara itu, PE IHSG bertengger di 14,4 kali dan diestimasi mencapai 14,2 kali pada 2023.

“Secara fundamental kondisi ekonomi Indonesia tidak seburuk itu, tetapi terjadi rotasi yang membuat indeks mengalami tekanan dua pekan terakhir. Indeks China lebih murah secara valuasi dan dari sisi pertumbuhan mereka masih akselerasi dengan kebijakan moneter yang easing di tengah reopening,” kata Adrian awal Januari.

Aksi jual bersih asing sendiri tidak hanya terjadi di pasar saham Indonesia. Data yang dihimpun Mandiri Sekuritas memperlihatkan aliran keluar dana asing juga dialami Malaysia dan Filipina.

Meski demikian, Mandiri Sekuritas memperkirakan IHSG akan mencapai 7.510 pada 2023 untuk skenario base. Sementara itu dalam skenario pasar bullish IHSG diramal menyentuh 7.820 dan 6.340 dalam skenario bearish. Earning per share (EPS) pada 2023 diprediksi tumbuh 5 persen secara agregat, melambat daripada 2022 yang mencapai 45 persen.

“Kita tidak perlu khawatir karena secara fundamental kita di kondisi yang lebih baik. Ini lebih ke taktik rotasi investor,” katanya.

Adrian mengatakan valuasi IHSG cenderung mengalami isasi pada 2023. Akibatnya, pembukaan ekonomi China tidak lantas menghilangkan daya tarik pasar saham Tanah Air.

Sejumlah katalis yang akan memengaruhi pergerakan IHSG, lanjutnya, mencakup perkembangan neraca perdagangan Indonesia di tengah harga komoditas yang melandai. Di sisi lain, kenaikan Fed Fund Rate (FFR) yang telah mencapai fase puncaknya akan membuat investor memperoleh kepastian yang lebih solid.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper