Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Dibuka Melemah Setelah Rilis PDB Amerika Serikat

Rupiah dibuka melemah ke Rp14.971 setelah data PDB Amerika Serikat tercatat naik 2,9 persen di kuartal IV/2022 lebih kuat dari dugaan pelaku pasar dan analis.
Pegawai merapikan uang Rupiah di kantor cabang BNI, Jakarta, Rabu (28/9/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha
Pegawai merapikan uang Rupiah di kantor cabang BNI, Jakarta, Rabu (28/9/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA –  Nilai tukar rupiah terpantau melemah pada awal perdagangan Jumat (27/1/2023) meskipun indeks dolar AS juga bergerak di zona merah. Pelemahan uang garuda ini terjadi seiring rilis data produk domestik bruto (PDB) Amerika Serikat kemarin (26/01/2023) malam.

Mengutip data Bloomberg, pukul 09.15 WIB, rupiah terpantau melemah 24 poin atau 0,16 persen ke Rp14.971,5 per dolar AS. Adapun, indeks dolar AS juga mengalami pelemahan 0,02 persen ke 101,81.

Bersama dengan rupiah, ada yuan China yang masih melemah 0,25 persen, dan baht Thailang melemah 0,32 persen. Sementara itu, mata uang lainnya seperti won Korea Selatan menguat 0,04 persen, peso Filipina menguat 0,19 persen, rupee India menguat 0,16 persen, dan ringgit Malaysia menguat 0,41 persen.

Ekonom Samuel Sekuritas Indonesia Arga Samudro mengatakan pertumbuhan ekonomi AS yang masih cenderung kuat pada 2022 lalu menjadi katalis positif di pasar saham global di mana bursa ditutup di zona hijau.

Data PDB AS yang dirilis semalam menunjukkan angka yang lebih baik dari perkiraan untuk kuartal keempat 2022 yang turun menjadi 2,9 persen dari pertumbuhan 3,2 persen pada kuartal ketiga. Angka tersebut juga di atas estimasi analis untuk pertumbuhan 2,6 persen.

Namun, pasar mempertimbangkan bahwa data PDB tersebut tidak berbahaya karena menunjukkan bahwa kenaikan suku bunga agresif The Fed pada tahun lalu tidak terlalu merusak perekonomian, dan kemungkinan akan mendorong Fed untuk memperlambat laju pengetatan moneternya pada tahun ini.

“Pelaku pasar melihat bahwa ekonomi AS dapat terhindar dari resesi hard-landing mengacu pada masih ketatnya kondisi pasar tenaga kerja yang mempertahankan kestabilan permintaan domestik pada tahun ini,” jelasnya dalam riset harian, Jumat (27/1/2023).

Oleh karena itu, pasar obligasi AS langsung merespons dengan kenaikan imbal hasil US Treasury 10 Tahun sebanyak 6 bps ke level 3,50 persen, di mana pasar mulai berekspektasi bahwa The Fed akan mulai memikirkan untuk melakukan pelonggaran moneter pada semester pertama 2024 nanti, lebih lama dari ekspektasi pasar sebelumnya.

“Karenanya, kami melihat minat beli akan terganggu dengan kenaikan imbal hasil UST saat ini sehingga pergerakan imbal hasil SUN 10 tahun diestimasi di kisaran 6,67-6,70 persen hari ini. Adapun, rupiah yang diprediksi menyentuh Rp15.000 per dolar AS dengan masih banyaknya ketidakpastian global,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Mutiara Nabila
Editor : Ibad Durrohman
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper