Bisnis.com, JAKARTA — PT Mirae Asset Sekuritas Tbk. menargetkan untuk mengawal sekitar 10 emiten yang akan melakukan Penawaran Umum Perdana atau Initial Public Offering (IPO) tahun 2023 ini.
Director Investment Banking Mirae Asset Sekuritas Mukti Wibowo Kamihadi mengatakan Mirae Asset menargetkan untuk membawa kurang lebih 10 emiten melantai di bursa tahun ini.
“Beberapa ada yang sudah di pipeline tapi belum bisa kita sebutkan namanyanya ya. Tapi industrinya kita ada banking, pertambangan, kontraktor pertambangan nikel, ada, teknologi, IT juga ada,” jelasnya kepada Bisnis, dikutip Senin (16/1/2023).
Pada 2022, Mirae Asset Sekuritas menangani penjaminan emisi 11-12 perusahaan untuk IPO, di antaranya PT Adhi Karya Commuter Properti Tbk. (ADCP), PT Arkora Hydro Tbk. (ARKO), PT Indah Kiat Pulp & Papers Tbk. (INKP) dan PT PP Property Tbk. (PPRO).
Adapun, salah satu emiten yang akan dikawal IPOnya oleh Mirae Asset awal tahun ini adalah emiten kontraktor tambang PT Hillcon Tbk. (HILL) yang akan melepas sebanyak-banyaknya 442.300 juta saham kepada publik.
Kisaran harga perdana saham yang ditawarkan yaitu Rp1.250 – Rp2.000 per saham, sehingga target dana IPO yang diperoleh Hillcon hingga maksimal sebesar Rp884,6 miliar.
Baca Juga
Masa penawaran awal (bookbuilding) saham Hillcon dijadwalkan pada 12 - 26 Januari 2023. Pernyataan efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) diharapkan bisa diperoleh pada 7 Februari 2023. Setelah pernyataan efektif terbit, saham Hillcon diharapkan bisa tercatat (listing) di Bursa Efek Indonesia pada 15 Februari 2023.
Dari sisi PT Bursa Efek Indonesia (BEI), pada tahun ini menargetkan untuk bisa membawa sebanyak 57 perusahaan untuk melakukan penawaran umum saham perdana (initial public offering/IPO) pada 2023. Sementara hingga akhir 2022 BEI menargetkan 58-60 perusahaan.
Direktur Utama BEI Iman Rachman mengatakan, pada 2022 target IPO BEI sudah di atas target yang ditentukan sebanyak 55 emiten. Sementara dalam pipeline-nya ada sekitar 40 calon emiten.
Perusahaan yang melantai di bursa pada 2023 mayoritas datang dari sektor konsumen non primer, teknologi, dan enegeri. Sedangkan sisanya tersebar pada sektor lainnya.