Bisnis.com, JAKARTA — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akhirnya ditutup menguat dan parkir di zona hijau ke level 6.641,83 pada perdagangan Jumat (13/1/2023). Namun penguatan IHSG tersebut tak diikuti saham perbankan berkapitalisasi besar seperti BBCA, BBRI dan BMRI yang terpantau turun pada penutupan hari ini.
IHSG ditutup menguat 0,18 persen atau naik 11,89 poin ke posisi 6.641,83. Sepanjang sesi, IHSG sempat menyentuh posisi terendah di 6.600,59 dan tertinggi di 6.658,47.
Kapitalisasi pasar naik ke Rp9.211 triliun dari Rp9.157 triliun pada penutupan kemarin. Terdapat 250 saham menguat, 268 saham berakhir di zona merah, dan 196 saham stagnan.
Di jajaran emiten berkapitalisasi jumbo, top 3 emiten perbankan dengan market cap terbesar kompak mengalami penurunan. BBCA memimpin koreksi dengan saham yang melemah 1,53 persen, kemudian BBRI turun 0,44 persen, dan BMRI turun 0,27 persen. Sementara saham BBNI terpantau mengalami kenaikan sebesar 0,87 persen.
Selain itu, beberapa emiten berkapitalisasi besar yang menguat adalah ANTM sebesar 0,94 persen dan ASII ditutup naik 1,87 persen.
Sementara itu, PT Hatten Bali Tbk. (WINE) yang baru beberapa hari IPO melesat 10,96 persen atau 32 poin ke Rp324. Sepanjang perdagangan saham produsen wine itu bergerak di rentang 292–346.
Baca Juga
Saham GOTO juga tercatat naik 8,25 persen atau menguat 8 poin ke 105. Sepanjang sesi, saham pengelola gojek itu diperdagangkan dalam rentang 97-107.
Sebelumnya, Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus memaparkan berdasarkan analisa teknikal, IHSG hair ini berpotensi menguat pada rentang 6.590–6.690. Salah satu sentimen yang mempengaruhi IHSG adalah data inflasi Amerika Serikat.
Inflasi Amerika secara bulanan (month-to-month) mengalami penurunan dari sebelumnya 0,1 persen menjadi -0,1 persen, dan yang terpenting adalah inflasi secara tahunan (year-on-year) yang mengalami penurunan dari sebelumnya 7,1 persen menjadi 6, persen.
"Sejauh ini kalau diperhatikan, penurunan inflasi memang tidak serta merta akan membuat The Fed berhenti dalam menaikkan tingkat suku bunga,” jelas Nico dalam riset harian, Jumat (13/1/2023).
Tingkat suku bunga The Fed, lanjutnya, akan kembali mengalami kenaikkan, meskipun dengan data inflasi terbaru, ada kemungkinan ruang kenaikkan akan berkisar 25 bps-50 bps.
Adapun inflasi inti AS juga mengalami penurunan dari sebelumnya 6 persen menjadi 5,7 persen. Menurut Nico, hal ini merupakan sesuatu yang positif bagi pelaku pasar dan investor.
Sebelumnya Presiden The Fed Philadelphia Patrick Harker mengatakan bahwa kenaikkan tingkat suku bunga 25 bps, mungkin akan sesuai untuk masa depan. Sementara itu, Presiden St. Louis, James Bullard mengatakan bahwa dirinya tetap mendukung kenaikkan tingkat suku bunga bahkan hingga di atas 5 persen.
“Kami melihat, sejauh ini inflasi mulai mengalami penurunan, namun ketenagakerjaan masih dalam posisi yang stabil. Yang kami khawatirkan adalah masih dari sisi pertumbuhan upah saat ini, walaupun kemarin mengalami penurunan pada bulan Desember lalu,” jelas Nico.