Bisnis.com, JAKARTA — Proyeksi perekonomian global yang diramal tumbuh melambat menjadi sentimen negatif bagi pasar saham Indonesia. Meski demikian, kinerja keuangan emiten selama 2022 bisa menjadi katalis positif.
Bank Dunia atau World Bank dalam laporan terbarunya memperkirakan pertumbuhan ekonomi dengan mengacu pada produk domestik bruto (PDB) pada 2023 hanya akan mencapai 1,7 persen, dari 2,9 persen pada 2022.
Perlambatan ini diramal juga bakal dihadapi Indonesia. Ekonomi Tanah Air diproyeksikan tumbuh 4,8 persen pada 2023, lebih lambat dari kenaikan pada 2022 sebesar 2022.
Kekhawatiran pada ekonomi yang berisiko melambat turut tecermin pada gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Sampai penutupan perdagangan Rabu (11/1/2023), indeks komposit terkoreksi 0,57 persen ke 6.584,45.
Direktur Samuel Sekuritas Suria Dharma mengatakan perlambatan ekonomi 2023 telah diperkirakan oleh banyak pihak. Meski demikian, proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia 2023 masih lebih baik daripada negara-negara lain di Eropa dan Amerika Serikat.
Sebagai perbandingan, Bank Dunia meramal pertumbuhan ekonomi AS pada 2023 sebesar 0,5 persen. Angka tersebut turun dari capaian pertumbuhan ekonomi pada 2022 yang tercatat sebesar 1,9 persen.
Baca Juga
Sementara itu, perekonomian negara-negara di Uni Eropa diproyeksikan akan stagnan dengan tidak menunjukkan peningkatan sama sekali atau 0 persen pada 2023.
“Ini sesuai perkiraan kami di mana pertumbuhan ekonomi pada 2023 akan lebih rendah dibandingkan dengan tahun lalu. Namun ekonomi Indonesia tetap tumbuh lebih baik daripada negara-negara lain di Eropa dan AS yang mungkin Malah mengalami kontraksi,” kata Suria, Rabu (11/1/2023).
Selain diselimuti kekhawatiran perlambatan ekonomi, Suria mengatakan pasar saham Indonesia kini tengah tertekan oleh aksi pengalihan dana investor ke Asia Utara. Sebagaimana diketahui, China telah menghentikan kebijakan pembatasan dan perekonomian telah kembali dibuka.
Suria juga memperkirakan kenaikan suku bunga masih berlangsung di semester I/2023, meskipun tidak seagresif 2022. Suku bunga diperkirakan mulai turun pada akhir 2023.
“Untuk katalis positif mungkin akan datang dari laporan keuangan 2022 dan yang positif mungkin rilis laporan keuangan selama 2022 di kuartal pertama dan kedua tahun ini. Kinerja diperkirakan akan sangat baik, seperti di sektor perbankan dan batu bara,” katanya.
Sebelumnya, Head of Equity Research and Strategy Mandiri Sekuritas Adrian Joezer mengatakan bahwa fokus pasar akan beralih dari kenaikan inflasi dan suku bunga ke risiko perlambatan ekonomi di 2023. Dia mengatakan bahwa fundamental perekonomian nasional cenderung kuat dan pasar saham masih memiliki daya tarik.
“Secara fundamental kondisi ekonomi Indonesia tidak seburuk itu, tetapi terjadi rotasi yang membuat indeks mengalami tekanan dua pekan terakhir. Indeks China lebih murah secara valuasi dan dari sisi pertumbuhan mereka masih akselerasi dengan kebijakan moneter yang easing di tengah reopening,” kata Adrian dalam jumpa pers di Jakarta, Selasa (10/1/2023).