Bisnis.com, JAKARTA - Keputusan China untuk mencabut kebijakan pembatasan Covid Zero rupanya tidak berpengaruh pada pasar minyak mentah global.
Dilansir dari Bloomberg pada Jumat (6/1/2022), salah satu harapan dari pencabutan kebijakan Zero Covid di China dan membuka perekonomian kembali adalah meningkatnya konsumsi energi secara signifikan. Namun, yang terjadi justru sebaliknya.
Pasar minyak global mengalami tekanan dari pasokan yang berlebihan dan rendahnya permintaan. Pasar juga masih berkutat dengan upaya meningkatkan volume perdagangan.
Berdasarkan data Bloomberg, harga minyak mentah masih berada di bawah level US$80 per barel, semakin menjauhi level US$100 per barel.
Manajer hedge fund Black Gold Investors LLC Gary Ross menilai bahwa pasar minyak mentah global kelebihan pasokan setidaknya 1 juta barel per hari.
"Kita akan memiliki stok besar. Dalam beberapa minggu akan ada kenaikan 10 juta barel per pekan, bagaimana pasar akan menanganinya?" tuturnya.
Baca Juga
Dengan kelebihan pasokan jangka pendek yang diperparah dengan penutupan sebagian Amerika Serikat (AS) saat badai musim dingin baru-baru ini, berikut adalah beberapa alasan mengapa pasar minyak belum melihat manfaat dari pembukaan kembali perekonomian China secara besar-besaran:
1. Badai Salju AS
Beberapa hari sebelum perayaan Natal, badai musim dingin menghantam sebagian besar wilayah AS dan menyebabkan penutupan aktivitas di kilang minyak. Pada puncaknya, sekitar 40 persen dari kapasitas pemrosesan minyak mentah Texas ditutup. Namun, sebagian dari kapasitas tersebut masih belum aktif kembali hingga pekan pertama tahun 2023.
"Kami telah melihat penghentian besar-besaran di AS dan itu berarti bahwa keseimbangan minyak mentah sebenarnya telah melemah," kata kepala konsultan Energy Aspects Ltd Amrita Sen.
2. Perlambatan Ekonomi Global
Kekhawatiran atas tingkat konsumsi di seluruh dunia masih menjulang karena risiko perlambatan di AS, Eropa, dan China. Sebelumnya, data-data manufaktur menunjukkan ekonomi China mengalami penurunan tajam pada akhir tahun 2022. Meskipun mobilitas telah membaik dalam beberapa hari terakhir, masih ada kekhawatiran bahwa lonjakan infeksi di Negeri Panda akan menyebabkan perlambatan ekonomi lebih lanjut.
Di AS, angka manufaktur meleset dari ekspektasi dan menunjukkan kontraksi lanjutan, sementara data Eropa juga menunjukkan penurunan untuk bulan Desember.