Bisnis.com, JAKARTA — Investor masih bisa mengakumulasi sejumlah saham diskon meskipun IHSG anjlok 2 persen lebih pada perdagangan hari ini.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menutup perdagangan Kamis (5/1/2023) dengan penurunan tajam 2,34 persen ke level 6.653,84. Indeks komposit tercatat telah turun 6,03 persen dari posisi 7.081,31 pada akhir November 2022.
Pelemahan IHSG hari ini terutama disebabkan oleh anjloknya sektor energi sebesar 5,48 persen. Kemudian disusul pelemahan indeks teknologi sebesar 2,83 persen, industri dasar 2,62 persen, dan transportasi turun 2,61 persen.
Head of Research NH Korindo Sekuritas Liza Camelia Suryanata mengatakan pelemahan IHSG masih dipengaruhi oleh proyeksi suku bunga Amerika Serikat yang tetap agresif dalam beberapa waktu ke depan. Terutama setelah rilis FOMC Meeting Minutes yang bernada hawkish.
Sentimen tersebut ditambah dengan data ekonomi Jobs Opening & Labor Turnover Survey (JOLTS) yang berada di angka 10,5 juta, lebih tinggi dari perkiraan 10 juta.
“Data ini menunjukkan permintaan pekerja yang masih kuat, sehingga memperkecil kemungkinan The Fed akan mengerem laju kenaikan suku bunga, apalagi memotong Fed Fund Rate dalam waktu dekat,” kata Liza, Kamis (5/1/2023).
Baca Juga
Liza menambahkan kabar rencana China untuk kembali mengimpor batu bara dari Australia memberi sinyal ke pasar soal prospek perekonomian Negeri Panda yang lebih menggeliat. Hal ini membuat pasar China menjadi lebih menarik untuk diburu para investor.
Secara teknikal, Liza mengatakan IHSG bisa jadi mengandalkan support 6.675 yang tertahan oleh lower channel trend jangka pendeknya. Hal ini didukung oleh RSI positive divergen walaupun IHSG kembali ke titik low sekitar 6.700–6.640. Meski demikian, dia mengatakan momentum aksi beli mulai terlihat.
“Saran saya masih sangat spekulasi beli. Investor perlu berhati-hati menangkap pisau jatuh karena bisa melukai tangan sendiri. Jika harus buka posisi, baiknya pembelian dilakukan secara bertahap dan dalam jumlah sedikit-sedikit to test the water,” katanya.