Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Memetakan Skenario Terbaik dan Terburuk Bagi IHSG Pada 2023

IHSG diperkirakan hingga level 8.000 pada tahun 2023. Adapun dalam skenario terburuknya IHSG kemungkinan menguji level 6.250.
Pegawai mengamati layar yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di PT Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Kamis (27/10/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha
Pegawai mengamati layar yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di PT Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Kamis (27/10/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan hingga level 8.000 pada tahun 2023. Adapun dalam skenario terburuknya IHSG kemungkinan menguji level 6.250.

Deputy Head of Research Sinarmas Sekuritas Ike Widiawati mengatakan bahwa semua stakeholder harus belajar dari adanya beberapa krisis yang terjadi beberapa tahun kebelakang. Ike menyebut kondisi perekonomian baik nasional maupun global akan terus bergerak dan tentunya akan ada rintangan.

“Arah IHSG, jika berdasarkan skenario terburuk maka ada kemungkinan menguji ke level 6.250 di kisaran Standard deviasi -2. Jika dilihat berdasarkan historis, maka Standard Deviasi -2 ini sudah murah, dan dapat dilakukan strategi bargain hunter,” ujar Ike kepada Bisnis, Jumat (30/12/2022).

Ike mengatakan stakeholder harus memperhatikan adanya ancaman resesi, tingginya inflasi, perlambatan ekonomi, dan ancaman lain terkait de-globalisasi yang kemungkinan diterapkan oleh beberapa negara maju. Hal ini dapat merugikan negara lain dalam hal aktivitas perdagangan internasional.

Sementara dari dalam negeri, 2023 merupakan tahun menjelang Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 yang sentimennya akan mulai terasa setidaknya pada kuartal III/2023. Sentimen ini memiliki unsur politik yang tentunya akan mempengaruhi pergerakan saham.

Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Indonesia Nafan Aji Gusta Utama mengatakan sektor perbankan dan juga consumer goods menjadi pilihan untuk tahun 2023. 

Sektor perbankan memiliki tingkat pertumbuhan kredit yang optimal ditambah adanya faktor pemulihan ekonomi Indonesia yang berjalan secara progresif sehingga mendorong adanya tingkat pertumbuhan kredit. Selain itu, kinerja perbankan didorong oleh likuiditas yang positif dan rendahnya tingkat Loan To Deposit Ratio (LDR) yang dapat mendukung kinerja pertumbuhan kredit. 

“Memang sejauh ini tingkat pertumbuhan kredit perbankan sudah mencapai dobel digit dan ini semestinya bisa memberikan benefit bagi potensi meningkatnya net plus margin perbankan,” ujar Nafan kepada Bisnis, Jumat (30/12/2022).

Sementara untuk sektor consumer goods menunjukkan kinerja positif seiring adanya peningkatan mobilitas. Langkah pemerintah yang menerapkan PPKM level 1 juga membuat aktivitas konsumsi kian meningkat.

Kemudian adanya potensi resesi global disebut memberi sentimen positif bagi consumer goods karena adanya penurunan harga komoditas. Hal ini membuat harga bahan baku kian menurun sehingga sektor consumer goods dapat meningkatkan kapasitas produksi.

“Diharapkan sektor konsumsi bisa menjadi sektor penopang juga maksudnya dalam rangka menjaga kinerja pertumbuhan ekonomi indonesia agar bisa resilien begitu menghadapi perfect storm 2023,” ujar Nafan. Adapun Mirae Asset Sekuritas memproyeksi IHSG dapat menembus level 7.880 pada 2023.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper