Bisnis.com, JAKARTA - Emiten maskapai BUMN, PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. (GIAA) menegaskan pemegang saham minoritas yakni Chairul Tanjung melalui PT Trans Airways tidak berpartisipasi dalam rights issue yang diselenggarakan perseroan pada akhir tahun ini.
Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra menerangkan seiring dengan tidak diambilnya jatah hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) oleh Trans Airways terdapat konsekuensi bagi perseroan yakni kepemilikan sahamnya terdilusi.
"Trans Airways tidak melakukan exercise saham ini sehingga tentu saja ada konsekuensinya, Trans Airways ini tidak berpartisipasi dalam rights issue kali ini," jelasnya dalam paparan publik insidentil, Selasa (27/12/2022).
Berdasarkan prospektusnya, jumlah saham baru yang akan diterbitkan dalam rights issue ini sebanyak-banyaknya 63.210.504.593 saham atau 63,21 miliar saham.
Rasio HMETD menjadi 10.000.000 berbanding 24.418.256. Dengan harga pelaksanaan HMETD Rp196 per saham. Pemegang saham yang tidak melaksanakan haknya untuk melaksanakan HMETD, kepemilikannya dapat terdilusi sebesar maksimum 70,95 persen.
Lebih jauh, Irfan menyiratkan tidak semua jatah rights issue porsi publik diambil seluruhnya, karena memang rights issue ini sebagai bagian dari pemerintah menyuntikan penyertaan modal negara (PMN) senilai Rp7,5 triliun.
Baca Juga
Berdasarkan data Datindo Entrycom, dari 19 Desember hingga 27 Desember telah ada beberapa kali pencatatan saham baru GIAA.
"Saya tidak ingin katakan tertarik atau tidak, data kami cukup besar yang mengikuti rights issue ini, tetapi memang bukan untuk publik, jadi pemegang saham Garuda saja, kami perkirakan atau berharap ketika semua proses ini selesai, suspensi dilepas, harga saham menjadi lebih bergairah," tambahnya.
Dia juga menerangkan Garuda memiliki masa depan yang lebih jelas seiring dengan pelaksanaan rights issue porsi pemerintah dan publik ini. GIAA juga bakal terus mengedepankan transparansi sehingga dapat menjadi perusahaan yang lebih baik lagi.
"Mudah-mudahan semua bisa lihat garuda punya masa depan lebih clear, operasional, dan transparansi juga bisa diberikan berupa pergerakan saham, sehingga mengembalikan modal yang beberapa tahun lalu tertahan di Garuda," tuturnya.