Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jelang Pengumuman Suku Bunga The Fed, Rupiah Ditutup Menguat

Rupiah ditutup menguat walaupun sebelumnya sempat melemah 30 point ke level Rp15.592 dari penutupan sebelumnya di level Rp.15.657.
Pegawai merapikan uang Rupiah di kantor cabang BNI, Jakarta, Rabu (28/9/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha
Pegawai merapikan uang Rupiah di kantor cabang BNI, Jakarta, Rabu (28/9/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA - Mata uang rupiah ditutup menguat 64 point ke level Rp15.592 pada penutupan perdagangan Rabu, (14/12/2022). Sedangkan indeks dolar menguat 0,04 persen ke posisi 103.612.

Berdasarkan data Bloomberg, Rupiah ditutup menguat walaupun sebelumnya sempat melemah 30 point ke level Rp15.592 dari penutupan sebelumnya di level Rp.15.657.

Mata uang sejumlah negara juga terpantau bergerak bervariasi. Yuan China terpantau menguat 0,03 persen. Dolar Hongkong terlihat melemah 0,04 persen. Yen Jepang dan Won Korea juga terpantau menguat dengan peningkatan masing-masing sebesar 0,07 persen dan 0,44 persen.

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan dalam risetnya jika Dolar AS berjuang untuk mendapatkan pijakan pada hari Rabu setelah menukik tajam semalam karena data inflasi yang lebih dingin dari perkiraan, yang memicu ekspektasi bahwa Federal Reserve akan memetakan jalur kenaikan suku bunga yang lebih lambat di kemudian hari.

"Setelah memberikan empat kenaikan 75 basis poin berturut-turut, bank sentral AS secara luas diperkirakan akan menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin saat menyimpulkan pertemuan dua harinya pada hari Rabu," katanya dalam riset harian, Rabu (14/12/2022).

Fed fund futures telah memberi harga pada tingkat terminal yang lebih rendah, di mana Fed berhenti mendaki tepat di bawah 5 persen pada bulan Maret. Pedagang sekarang bertaruh pada kenaikan 25 basis poin pada masing-masing dari dua pertemuan pertama Fed tahun 2023 dan tidak lebih, dengan kemungkinan kenaikan terakhir bisa terjadi pada Mei, bukan Maret.

Tahun depan, lanjut Ibrahim, Indonesia pun masih akan merasakan windfall dari komoditas energi. Apalagi perang Rusia-Ukraina belum akan berakhir negara Eropa tidak bisa menggunakan gas dari Rusia tetapi akan kembali menggunakan batubara, sehingga ini menjadi pasar baru bagi Indonesia.

Termasuk pertambangan lainnya, Nikel, hilirisasi sudah cukup berjalan dengan bagus. Hingga ekspor nikel  nilai  lebih tinggi dibanding biji nikel, ini juga akan menjadi pemasukan devisa yang berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi.

Selain itu, pertumbuhan ekonomi indonesia akan tetap ditopang oleh kuatnya ekonomi domestik. Dengan pertumbuhan ekonomi diperkirakan 5,2 persen tahun 2023. Hal tersebut akan memicu daya beli (konsumsi) masyarakat. Dengan naiknya daya beli masyarakat yang merupakan tulang punggung  pertumbuhan ekonomi akan terjaga.

Sehingga 2023 optimistis apakah pertumbuhan ekonomi atau inflasi rendah atau nilai tukar rupiah akan menguat.

Seiring dengan analisa tersebut, Ibrahim memproyeksikan untuk perdagangan besok, mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup menguat direntang  Rp. 15.560 - Rp. 15.650.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Artha Adventy
Editor : Ibad Durrohman
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper