Bisnis.com, JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada penutupan perdagangan sesi I terpantau turun 0,97 persen ke level 6752,46. IHSG memerah selama seminggu terakhir, secara akumulasi IHSG telah anjlok 3,61 persen.
Equity Research Analyst Alrich Paskalis Tambolang mengatakan jika IHSG yang ambrol disebabkan sentimen yang sama dengan sentimen kemarin. Yaitu kekhawatiran The Fed akan menaikkan kembali suku bunga.
"Sentimen yang sama yaitu terkait dengan kekhawatiran pengetatan kebijakan moneter oleh The Fed yang lebih lama dari perkiraan sehingga kembali membangun kekhawatiran terhadap isu resesi. Hal ini masih menjadi sentimen negatif untuk mayoritas saham perbankan," kata Alrich kepada Bisnis, Kamis (8/12/2022).
Lebih lanjut Alrich menjelaskan sentimen lain penyebab IHSG merah tersebut adalah penurunan nilai ekspor sebesar 8.7 persen secara tahunan dan impor 10.6 persen secara tahunan Tiongkok di November 2022.
"Memicu kekhawatiran perlambatan ekonomi Tiongkok. Sentimen ini menekan harga saham-saham emiten komoditas, terutama energi," jelasnya.
Sementara itu, dari sentimen-sentimen di atas belum ada dari emiten big cap yang mampu menopang laju melemahnya IHSG. Ditambah lagi masih berlanjutnya pelemahan harga saham GOTO juga menjadi salah satu faktor yang menekan IHSG
Baca Juga
"Mengingat GOTO memiliki market cap yang relatif besar di pasar modal Indonesia," imbuhnya. Seperti yang diketahui bahwa saham GOTO memang memberikan andil besar dalam penurunan IHSG.
Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna Setia bahkan mengatakan jika per 28 November bobot GOTO pada IHSG adalah 4,89 persen.
"Apabila GOTO turun 7 persen dalam satu hari perdagangan, maka efek terhadap penurunan IHSG dalam satu hari perdagangan bursa sebesar 4,89 persen x -7 persen = -0,34 persen," katanya Nyoman beberapa waktu lalu.