Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Wall Street Jatuh, Indeks S&P 500 Turun 4 Sesi Secara Beruntun

Wall Street jatuh pada akhir perdagangan Selasa (06/12/2022) Indeks S&P 500 turun 57,58 poin atau 1,44 persen.
Karyawan berada di Bursa Efek New York (NYSE) di New York, AS, Senin (27/6/2022). Bloomberg/Michael Nagle
Karyawan berada di Bursa Efek New York (NYSE) di New York, AS, Senin (27/6/2022). Bloomberg/Michael Nagle

Bisnis.com, JAKARTA – Wall Street jatuh pada akhir perdagangan Selasa (06/12/2022), dengan S&P 500 memperpanjang penurunan beruntunnya menjadi empat sesi, karena investor gelisah atas kenaikan suku bunga Federal Reserve dan pembicaraan lebih lanjut tentang resesi yang menjulang.

Indeks Dow Jones Industrial Average anjlok 350,76 poin atau 1,03 persen, menjadi menetap di 33.596,34 poin. Indeks S&P 500 berkurang 57,58 poin atau 1,44 persen, menjadi berakhir di 3.941,26 poin. Indeks Komposit Nasdaq merosot 225,05 poin atau 2,00 persen, menjadi ditutup di 11.014,89 poin.

Sebagian besar dari 11 sektor utama S&P 500 menurun, dengan sektor energi dan jasa-jasa komunikasi bergabung dengan sektor teknologi sebagai penghambat utama. Utilitas, sektor defensif yang sering disukai selama masa ketidakpastian ekonomi, adalah satu-satunya pengecualian, naik 0,7 persen.

Meta Platforms Inc menyeret pasar lebih rendah, dengan sahamnya merosot 6,8 persen menyusul laporan bahwa regulator Uni Eropa telah memutuskan perusahaan tidak boleh meminta pengguna untuk menyetujui iklan yang dipersonalisasi berdasarkan aktivitas digital mereka.

Namun, saham-saham teknologi ternama umumnya menderita karena investor menerapkan kehati-hatian terhadap perusahaan dengan pertumbuhan tinggi yang kinerjanya akan lamban dalam perekonomian yang penuh tantangan.

Apple Inc, Amazon.com Inc dan Alphabet Inc jatuh antara 2,5 persen dan 3,0 persen, sementara Nasdaq yang padat teknologi ditarik lebih rendah untuk sesi ketiga berturut-turut.

Prospek pertumbuhan ekonomi masa depan menjadi fokus pada Selasa (6/12/2022) menyusul komentar dari raksasa keuangan yang menunjuk ke masa depan yang tidak pasti.

Kepala eksekutif Bank of America Corp memperkirakan tiga perempat pertumbuhan negatif ringan tahun depan, sementara CEO JPMorgan Chase, Jamie Dimon mengatakan inflasi akan mengikis daya belanja konsumen dan resesi ringan hingga lebih parah kemungkinan akan terjadi.

Komentar mereka muncul setelah pandangan baru-baru ini dari BlackRock dan lainnya yang percaya pengetatan moneter agresif Federal Reserve AS untuk memerangi kenaikan harga-harga yang sangat tinggi dapat menyebabkan penurunan ekonomi pada 2023.

"Pasar saat ini sangat reaktif," kata David Sadkin, presiden di Bel Air Investment Advisors, mengutip Antara, Rabu (07/12/2022).

Dia mencatat bahwa, sementara pasar secara tradisional mencerminkan masa depan, saat ini mereka bergerak naik turun berdasarkan berita utama terbaru.

Kekhawatiran tentang pertumbuhan ekonomi datang di tengah evaluasi ulang oleh para pedagang tentang jalur apa yang akan diambil oleh kenaikan suku bunga di masa depan, menyusul data yang kuat pada pekerjaan dan sektor jasa dalam beberapa hari terakhir.

Taruhan pasar uang menunjuk pada peluang 91 persen bahwa bank sentral AS dapat menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin pada pertemuan kebijakan 13-14 Desember, dengan suku bunga diperkirakan akan mencapai puncaknya pada 4,98 persen pada Mei 2023, naik dari perkiraan 4,92 persen pada Senin (5/12/2022) sebelum data sektor jasa dirilis.

S&P 500 menguat 13,8 persen pada Oktober dan November di tengah harapan kenaikan suku bunga yang lebih kecil dan pendapatan yang lebih baik dari perkiraan, meskipun ekspektasi Fed tersebut dapat dirusak oleh rilis data lebih lanjut, termasuk harga produsen yang akan dirilis pada Jumat (9/12/2022).

"Pasar melaju dengan sendirinya pada akhir November, tetapi kemudian kami mendapatkan beberapa data ekonomi yang bagus, sehingga orang mengevaluasi kembali apa yang akan dilakukan Fed minggu depan," kata Sadkin dari Bel Air.

Kegelisahan terhadap arah pertumbuhan global juga membebani harga minyak, dengan minyak mentah AS tergelincir ke level yang terakhir terlihat pada Januari, sebelum invasi Rusia ke Ukraina mengganggu pasokan pasar. Sektor energi turun 2,7 persen pada Selasa (6/12/2022).

Bank adalah salah satu saham yang paling sensitif terhadap penurunan ekonomi, karena mereka berpotensi menghadapi efek negatif dari kredit macet atau pertumbuhan kredit yang melambat. Indeks S&P bank tergelincir 1,4 persen ke penutupan terendah sejak 21 Oktober.

Volume perdagangan di bursa AS mencapai 11,01 miliar saham, sejalan dengan rata-rata untuk sesi penuh selama 20 hari perdagangan terakhir.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Editor : Ibad Durrohman
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper