Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Alasan IPO Pertamina Geothermal (PGE) Ditunda ke Kuartal I/2023

Wakil Menteri I BUMN Pahala N. Mansury mengakui terjadi penundaan salah satu rencana IPO PGE dari target awal yang diharapkan bisa selesai pada 2022.
Pengecekan rutin pembangkit listrik tenaga panas bumi milik PT. Pertamina Geothermal Energy/JIBI-Nurul Hidayat
Pengecekan rutin pembangkit listrik tenaga panas bumi milik PT. Pertamina Geothermal Energy/JIBI-Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian BUMN menerangkan rencana penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) saham PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) ditunda menjadi kuartal I/2023 dari semula tahun ini karena sentimen suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat Federal Reserve. 

Wakil Menteri I BUMN Pahala N. Mansury mengakui terjadi penundaan salah satu rencana IPO PGE dari target awal yang diharapkan bisa selesai pada 2022.

"Melihat perkembangan pasar modal global ada kondisi market belum optimal sehingga penundaan terlebih dahulu jadi ada stabilitas, dari kebijakan The Fed, akan berpengaruh ke pasar modal ekuitas di Indonesia dan negara lain," jelasnya dalam Rapat Kerja di Komisi VI DPR, Rabu (7/12/2022).

Menurutnya, kenaikan suku bunga The Fed membuat pasar ekuitas terutama di emerging market seperti Indonesia cukup terganggu, sehingga memutuskan terjadi penundaan IPO PGE. Kemudian, siklus kenaikan suku bunga The Fed terlihat sudah memasuki babak akhir pada tahun ini.

Kenaikan suku bunga The Fed yang sudah mulai melambat ini menjadi landasan Pahala menilai 2023 menjadi momentum yang baik untuk anak BUMN masuk ke pasar modal.

"Kemungkinan terjadi kenaikan 25--50 bps lagi, dengan perlambatan itu diharapkan akan memberikan pengaruh dan menjadi sentimen positif bagi investor ekuitas, terutama karena di Indonesia masih cukup besar kontribusi ekuitas dari luar negeri," tuturnya.

PGE salah satu perusahaan energi panas bumi terbesar di dunia berdasarkan total kapasitas terpasang. Saat ini PGE memiliki kapasitas sebesar 672 megawatt, targetnya dalam 5 tahun ada penambahan kapasitas 600 megawatt.

Apalagi, PGE sudah memegang sejumlah kontrak pengadaan tenaga listrik dengan PLN. Dalam prosesnya, PGE sedang menyampaikan usulan rentang harga IPO kepada OJK.

"Dengan rencana penambahan 600 megawatt 5 tahun ke depan, ini menjadi quick win bagi pertumbuhan PGE di EBT, saat ini prosesnya sudah pendaftaran ke OJK, di tahap ke-1 dan ke-2. Target pelaksanaan di kuartal I/2023," terang Pahala.

Pahala menambahkan berdasarkan laporan keuangan per 2021, pendapatan PGE tercatat US$369 juta setara Rp5,71 triliun (kurs Rp15.500) dengan EBITDA marjin 78,7 persen. Angka EBITDA margin tersebut menurutnya cukup menggiurkan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper