Bisnis.com, JAKARTA - Grup Pertamina, PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) tengah dalam pembicaraan tahap final dengan investor strategis untuk pengembangan bisnis dengan target menjadi produsen geothermal terbesar di dunia.
Direktur Perencanaan dan Pengembangan Bisnis Pertamina Power Indonesia Fadli Rahman menerangkan masih dalam proses pembicaraan final dengan calon investor strategis pengembangan bisnis PGE.
"Pertamina Geothermal Energy insya Allah dalam beberapa minggu ke depan akan ada kabar baik, menyukseskan program unlock value, menggaet para investor strategis supaya bisa kita kembangkan lagi menjadi salah satu produsen geothermal terbesar di dunia," paparnya dalam agenda Ngopi BUMN, Selasa (8/11/2022).
Menurutnya, hingga saat ini PGE berada pada posisi kedua produsen geothermal terbesar di dunia. Dengan investasi yang masif bukan tidak mungkin dalam waktu 5 tahun ke depan menjadi produsen geothermal terbesar di dunia.
Lebih lanjut, PGE juga diketahui tengah dalam proses penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Dia menerangkan saat ini permintaan listrik masih sangat bergantung pada kebutuhan PLN, apalagi dengan isu PLN kelebihan suplai, PGE mesti lebih kreatif membuka pendapatan baru dengan melampaui urusan elektrifikasi.
Baca Juga
"Pada calon-calon investor itu, kami cerita tak hanya listrik yang akan kami produksi, green hidrogen, green amonia juga ada potensi pengembangannya," jelasnya.
Saat ini, kapasitas operasi PGE saja sebesar 672 megawatt, dengan kapasitas yang dikerjasamakan mencapai 1,2 gigawatt, sehingga total kapasitas PGE mencapai 1,8 gigawatt.
"Dari 672 megawatt ada di kisaran 600 megawatt itu, target progresif penambahan kapasitas hampir 2 kali lipat dari posisi saat ini," terangnya.
Dia menerangkan saat ini PGE tengah dalam proses membuka nilai baru atau unlock value melalui kehadiran investor strategis baru yang sudah dalam tahap pembicaraan final.
"Ada beberapa anchor investor terlibat sudah finalisasi diskusi, mudah-mudahan bisa ketemu dan diumumkan dalam waktu dekat, sektor ekonomi bisa dibantu untuk EBT," katanya.
Lebih lanjut, pengembangan bisnis green hidrogen dan green amonia sudah mulai dikerjakan dengan beberapa penandatanganan kerja sama dengan investor asing. Sejumlah investor yang sudah siap membantu pengembangan bisnis hijau ini di antaranya berasal dari Jepang, Singapura, dan Spanyol.
"Kerja sama dengan Krakatau Steel juga untuk memanfaatkan infrastruktur mereka, dalam beberapa hari ke depan cattle infrastructure dan Chevron akan bantu green hidrogen dan amonia dari panas bumi," tuturnya.
Adapun target pengembangan green amonia dan hidrogen ini dapat beroperasi pada 2026 dengan kebutuhan pengembangan infrastruktur hingga 3 tahun mendatang.