Bisnis.com, JAKARTA – JP Morgan Sekuritas dan Mirae Asset Sekuritas Indonesia menjadi perusahaan sekuritas (broker) paling aktif membeli saham PT Goto Gojek Tokopedia Tbk. (GOTO) pada perdagangan Kamis ini (1/12/2022) ketika investor melakukan aksi ‘hajar kiri’ alias HAKI.
Hajar kiri biasa diistilahkan dengan strategi menjual saham, dengan cara memasang harga pada kolom offer di bawah harga pasar atau harga terendah, sesuai dengan angka bid tertinggi.
Berdasarkan data RTI pada penutupan perdagangan, Kamis ini (1/12), saham GOTO mengalami penurunan hingga menyentuh auto reject bawah (ARB) atau sebesar 6,62 persen. Adapun nilai transaksi jual beli saham emiten teknologi berstatus decacorn itu diperkirakan mencapai Rp2 triliun.
Meski harga turun, dari sisi volume investor domestik tercatat lebih banyak menampung dengan persentase mencapai 10,58 persen atau 3,8 miliar saham. Lebih tinggi dibandingkan dengan yang menjual 1,2 miliar saham atau 3,51 persen.
Selain itu, investor asing juga aktif melakukan pembelian dengan jumlah 13,6 miliar saham atau setara 39,42 persen, sedangkan yang menjual yakni sebanyk 16 miliar saham setara 46,49 persen.
Di sisi lain, broker favorit investor asing JP Morgan terpantau menjadi ‘pengepul’ saham-saham yang dilego investor. Mengacu data RTI, broker berkode BK itu membeli 500 juta saham GOTO. Broker lain yang ikut memborong adalah Mirae Asset dan Samuel Sekuritas Indonesia.
Baca Juga
Adapun broker yang aktif melakukan crossing hingga 8,6 miliar saham adalah UBS Sekuritas Indonesia. Lalu menyusul setelahnya CGS-CIMB Sekuritas Indonesia yang mencatatkan crossing kurang dari 6,5 miliar saham. Transaksi crossing saham merupakan negosiasi atau kesepakatan yang terjadi antara dua pihak dengan difasilitasi broker yang sama.
Pada penutupan perdagangan hari ini, investor asing tercatat melakukan penjualan mencapai Rp472,65 miliar. Akan tetapi, selama year to date, investor asing masih membukukan pembelian saham (net buy) GOTO sebesar Rp1,29 triliun
Penurunan saham GOTO ditengarai oleh sentimen periode penguncian saham (lock up) GOTO milik investor sebelum IPO yang sudah berakhir. Mulai hari ini (1/12), mereka bisa menjual kepemilikannya di emiten teknologi dengan ekosistem terbesar dan paling terintegrasi di Tanah Air.
Menanggapi ini, Andrew S susilo, analis MNC Sekuritas mengungkapkan data perdagangan ini mencerminkan jumlah saham yang tidak djual lebih banyak ketimbang yang dilepas.
“Tampak bahwa hingga saat ini ada banyak investor pra-IPO yang memilih bertahan,” kata Andrew.
Andrew juga mengatakan investor perlu melihat transaksi di pasar nego. “Investor baru ini tentu tidak sembarangan membeli karena menyangkut uang dalam jumlah besar. Mereka pasti sudah memvaluasi secara cermat sehingga agresif melakukan akumulasi justru di saat yang lain ketakutan,” katanya.
Di sisi lain, Andrew mengatakan penting untuk melihat peluang dari kenaikan harga saham GOTO. Data RTI menunjukkan, harga saham GOTO melemah 53,62 persen dalam 6 bulan terakhir dan 22 persen dalam kurun dua pekan.
“Cermati teknikalnya. Kalau sudah masuk fase jenuh jual (oversold), peluang rebound jauh lebih terbuka ketimbang risiko penurunan kembali harga saham. Jangan lupa, market tidak selalu bergerak secara linier, dan tidak mungkin semua orang mengambil posisi jual. Akan selalu ada yang mengambil posisi berlawanan dengan alasan melihat harga sudah abnormal,” katanya.
Dari sisi fundamental dan prospek bisnis, pertumbuhan kinerja GOTO masih bisa bertumbuh dalam jangka panjang. “Selama orang masih naik Gojek, pesan Gofood, belanja di Tokopedia dan membayar menggunakan Gopay, tak ada yang perlu dikhawatirkan secara berlebihan. Sekali lagi, semua ini disclaimer on. Segala keputusan dikembalikan ke individu dengan tetap mempertimbangkan risk appetite masing masing,” kata Andrew.
Sebelumnya manajemen GOTO menyatakan dalam keterbukaan informasi bahwa investor saham GOTO pra-IPO tidak melanjutkan penawaran sekunder atau secondary offering terkoordinasi atas saham GOTO yang dimiliki. "Pemegang saham pra-IPO yang mempertimbangkan rencana transaksi tersebut, saat ini telah memutuskan untuk tidak melanjutkan rencana penawaran sekunder terkoordinasi," kata Corporate Secretary GOTO RA Koesoemohadiani dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Rabu (30/11/2022).