Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Mengukur Harga Minyak Kelapa Sawit (CPO) pada 2023, Mungkinkah Cerah?

Lembaga pemeringkat Moodys Investors Services memproyeksikan harga minyak kelapa sawit atau crude Palm Oil (CPO) pada 12 hingga 24 bulan ke depan akan tinggi.
Pekerja memuat tandan buah segar (TBS) kelapa sawit, di Petajen, Batanghari, Jambi, Jumat (11/12/2020). Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI) memperkirakan nilai ekspor kelapa sawit nasional tahun 2020 yang berada di tengah situasi pandemi Covid-19 tidak mengalami perbedaan signifikan dibanding tahun sebelumnya yang mencapai sekitar 20,5 miliar dolar AS atau dengan volume 29,11 juta ton. ANTARA FOTO/Wahdi Septiawan
Pekerja memuat tandan buah segar (TBS) kelapa sawit, di Petajen, Batanghari, Jambi, Jumat (11/12/2020). Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI) memperkirakan nilai ekspor kelapa sawit nasional tahun 2020 yang berada di tengah situasi pandemi Covid-19 tidak mengalami perbedaan signifikan dibanding tahun sebelumnya yang mencapai sekitar 20,5 miliar dolar AS atau dengan volume 29,11 juta ton. ANTARA FOTO/Wahdi Septiawan

Bisnis.com, JAKARTA - Lembaga pemeringkat Moody's Investors Services memproyeksikan harga minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) pada 12 hingga 24 bulan ke depan akan tetap lebih tinggi dari harga selama 5-10 tahun terakhir.

Moody’s dalam risetnya menyebutkan jika rentang sensitivitas harga jangka menengah untuk CPO dinaikkan menjadi MYR3.400 hingga MYR3.800 per metrik ton.

“Ujung bawah MYR3.400 dari kisaran ini adalah MYR100 lebih dari harga rata-rata lima tahun sekitar MYR3.300,” dikutip Rabu (30/11/2022).

Kondisi ini disebutkan karena kendala pasokan dan permintaan yang sehat mendorong pendapatan yang solid untuk produsen minyak sawit. Cuaca buruk dan hasil produksi yang lemah membatasi pasokan sementara itu minyak pengganti mendukung permintaan CPO rendah.

Megutip data Bloomberg pada Rabu (30/11/2022) pukul 12.20 WIB, harga minyak sawit berjanga naik 0,98 persen ke posisi MYR 4.098 per metrik ton. CPO terus menghijau sejak 21 November 2022.  

Sejalan dengan hal tersebut, Pengamat Pasar Modal sekaligus Founder Traderindo.com Wahyu Laksono membenarkan CPO yang sedang menguat dibandingkan minyak mentah yang anjlok akibat isu demo di China.  

“Hal itu di support oleh nilai ekspor CPO Malaysia yang naik 12,9 persen menjadi 1,27 juta ton pada periode 1-25 November 2022 jika dibandingkan dengan periode yang sama bulan sebelumnya,” katanya kepada Bisnis, Rabu (30/11/2022).

Lebih lanjut Wahyu menjelaskan jika ada wacana pemerintah Indonesia yang akan kembali merubah kebijakan Domestic Market Obligation (DMO). Pemerintah akan mengizinkan perusahaan mengekspor lima kali dari volume penjualan domestiknya (5:1), turun dari rasio saat ini di 9:1, meski belum ada pengumuman resmi.

“Ketidakpastian tentang perpanjangan pengaturan ekspor biji-bijian Laut Hitam serta tingginya curah hujan di Malaysia dan Indonesia yang diperkirakan akan menghambat panen buah kelapa sawit. Produksi kelapa sawit musiman yang rendah selama kuartal pertama 2023 (1Q23), diperkirakan akan mempertahankan harga CPO,” lanjutnya.

Koreksi harga CPO dalam beberapa bulan terakhir telah mendorong negara-negara pengimpor minyak sawit utama seperti China dan India untuk meningkatkan kegiatan pengisian minyak sawit mereka.

“Menghasilkan tingkat persediaan minyak nabati yang lebih tinggi, yang menunjukkan potensi terbatas untuk pengisian yang lebih agresif,” jelasnya.

Fluktuasi harga masih sangat potensial, lanjut Wahyu, hal itu dikarenakan beberapa faktor seperti reopening pasca pandemi menjadi support utama harga, ancaman inflasi, agresivitas Fed dan strong USD mulai mereda, Geopolitik masih ada walaupun terantisipasi serta ancaman negatif resesi global masih kuat

“Artinya dalam jangka pendek dan menengah level MYR4.000 masih level konsolidasi dengan range hingga akhir tahun adalah MYR3.700 hingga MYR4.500 per metrik ton. Sedangkan di tahun depan CPO masih fluktuatif dengan kecenderungan sulit mengejar high 2022 di atas 6000. Range tahun 2023 berada pada MYR2.500 hingga MYR5.000 per metrik ton,” imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Artha Adventy
Editor : Pandu Gumilar
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper