Bisnis.com, JAKARTA - Emiten holding BUMN semen, PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. (SMGR) menargetkan efisiensi yang lebih baik serta mengkombinasikan beberapa merek semen pada 2023.
Direktur Utama Semen Indonesia Donny Arsal menerangkan memiliki 4 pilar utama yang dijalankan guna menghadapi tantangan bisnis pada 2023. Keempat strategi tersebut yakni mendominasi pasar domestik, pendekatan pelanggan dengan solusi dan produk, keunggulan operasional dan digitalisasi rantai nilai, serta pertumbuhan berkelanjutan.
"Dominasi pasar domestik, kami bicara sizeable market share dengan peningkatan margin, dikombinasi dynamic pricing dan multi brand strategy guna menghadapi kompetitor dengan harga di bawah premium brand kami, jadi dapat sizeable market share," jelasnya dalam Rapat Dengar Pendapat di Komisi VI DPR, Selasa (29/11/2022).
Lebih lanjut yang disebut dengan strategi multi brand yakni dengan menambah pemasaran merek yang kualitasnya lebih rendah dari kualitas premium milik Semen Indonesia.
Contohnya, produk Semen Gresik menjadi yang paling premium dalam produk SMGR, di wilayah distribusinya ditambah semen produk BUMN lain yang dapat bersaing secara harga dengan kompetitor semen baru lain, semen kualitas lain tersebut seperti semen Tonasa dan Dynamix.
Selain itu, SMGR juga berupaya terus mendominasi proyek infrastruktur pemerintah. Hingga saat ini, kontribusi semen grup SMGR mencapai 75 persen di total proyek strategis nasional (PSN).
Baca Juga
SMGR lanjutnya bakal menyiapkan turunan produk, melakukan digitalisasi proses bisnis sehingga dapat mengetahui kondisi persaingan pasar lebih cepat jadi dapat merespons lebih baik.
"Harapkan bisa berikan produk dengan nilai tambah yang lebih baik, jadi beri kontribusi margin yang lebih baik," terangnya.
SMGR juga mendorong program keberlanjutan sejalan dengan inisiatif menurunkan emisi karbon dioksida (CO2). Inisiatif tersebut untuk tahap awal menargetkan pengurangan emisi gas buang hingga 557 kg CO2/ton semen pada 2025. Adapun target hingga 2030 dapat menurunkan emisi menjadi 493 Kg CO2/ton semen.
Per kuartal III/2022, emisi gas buang CO2 telah turun menjadi 591 Kg Co2/ton semen, setara dengan penurunan 2,1 persen disumbang dari faktor klinker yang lebih rendah serta rata-rata penggantian bahan bakar yang lebih tinggi.
"Inisiatif yang dilakukan penurunan emisi CO2, scope 1 penurunan dari intensitas emisi kami harapkan di 2030 sudah mencapai angka treshold 493 kg CO2/ton semen," tambahnya.
Sementara itu, faktor klinker rata-rata terus ditekan dengan target pada 2025 menjadi 66 persen dari posisi kuartal III/2022 sebesar 69,1 persen. Adapun, target akhir pada 2030 turun menjadi 61 persen.
Sementara itu, thermal substitution rate (TSR) atau pengganti bahan bakar pemanasan semen rata-rata dinaikan dengan target 11 persen pada 2025 dan 20 persen pada 2030. Adapun, hingga kuartal III/2022 TSR telah tercapai 7,1 persen dari total penggunaan yang menggantikan batu bara.
"Clinker factor didorong ke bawah, ada efisiensi dan mendukung dekarbonisasi di pemerintah. anak usaha kami SBI [SMCB] ada unit nathabumi yang mengolah sampah industri dan sampah kota menjadi alternatif fuel pengganti batu bara. Kami dorong jadi 20-25 persen dalam lima tahun ke depan," tambahnya.
Selain itu, SMGR juga memanfaatkan energi baru terbarukan (EBT) melalui program mengganti sebagian ketergantungan listrik PLN ke panel surya di pabrik-pabrik di bawah grup Semen Indonesia. Perseroan juga menegaskan optimalisasi produksi, menjaga optimum termal, sehingga clinker factor bisa turun dan efisiensi bisa terjadi.
Penjualan semen domestik hingga Oktober 2022 tercatat 5,46 juta ton, jumlah tersebut turun 16,7 persen dari periode yang sama tahun lalu yang dapat mencapai 6,55 juta ton. Dari total penjualan semen tersebut, pangsa pasar SMGR tercatat 48 persen atau sebesar 2,62 juta ton.