Bisnis.com, JAKARTA - Emiten holding semen BUMN, PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. (SMGR) mendapatkan cecaran terkait turunnya pangsa pasar hingga utilisasi pabrik dari sejumlah anggota Komisi VI DPR, pada Rapat Dengar Pendapat Selasa (29/11/2022).
Anggota Komisi VI DPR Fraksi Gerindra Andre Rosiade menerangkan pangsa pasar SMGR turun dari 52 persen pada 2019 menjadi 48 persen hingga Oktober 2022.
"Turunnya pangsa pasar terjadi karena kebijakan pemasaran yang salah, market share turun EBITDA naik karena harganya naik. Harga semen indonesia, semen padang, tonasa, gresik, harganya lebih mahal Rp12.000 dibandingkan dengan harga kompetitor semen-semen China, kalau dahulu, kita bicara predatory pricing waktu itu, harganya hanya Rp3.000--Rp4.000 bedanya," ungkapnya dalam Rapat Dengar Pendapat di Komisi VI DPR, Selasa (29/11/2022).
Menurutnya perbedaan harga yang cukup signifikan ini yang menyebabkan terjadi penurunan penjualan retail SMGR yang berkontribusi sebesar 75 persen terhadap total pendapatan.
Andre menegaskan toko-toko dan distributor tidak lagi menjual produk Semen Indonesia, seperti Semen Tonasa, Gresik, dan Padang. Akibatnya, utilisasi pabrik semen-semen ini pun menurun.
Semen Padang yang memiliki 5 pabrik, hanya mengoperasikan 2 pabrik. Pabrik Tuban memiliki 4 pabrik hanya dua pabrik beroperasi. Sementara, Pabrik Tonasa dari 4 pabrik dimiliki hanya dua pabrik yang beroperasi.