Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup melemah ke level Rp15.742 pada perdagangan hari ini, Selasa (29/11/2022).
Mengutip data Bloomberg, rupiah ditutup melemah 20,50 poin atau 0,13 persen ke Rp15.742 per dolar AS. Sementara itu, indeks dolar AS terpantau terkoreksi 0,50 persen ke 106,14.
Bersamaan dengan rupiah, beberapa mata uang di kawasan Asia yang ditutup melemah adalah ringgit Malaysia turun 0,69 persen, dan rupee India turun 0,03 persen.
Sementara itu, mata uang Asia yang justru ditutup menguat terhadap dolar AS adalah won Korea Selatan naik 1,02 persen, baht Thailand naik 0,72 persen, yen Jepang naik 0,60 persen, yuan Cina naik 0,58 persen, dolar Singapura 0,44 persen, dolar Taiwan naik 0,25 persen, peso Filipina naik 0,13 persen, dan dolar Hong Kong 0,02 persen.
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi sebelumnya memproyeksi rupiah berpotensi ditutup melemah pada rentang Rp15.700 hingga Rp15.770.
Ibrahim menyebutkan perekonomian Cina terdampak oleh pemberlakukan pembatasan akibat Covid-19. embatasan Covid tersebut juga menimbulkan terjadinya protes yang memicu kebakaran di Urumqi. Ratusan demonstran dan polisi mengalami bentrok di Shanghai pada Minggu malam.
Baca Juga
Adapun Bank sentral Cina, yakni People's Bank of China (PBOC) telah memangkas rasio persyaratan cadangan untuk bank sebesar 25 basis poin yang efektif 5 Desember 2022.
Peristiwa yang terjadi di Cina menyebabkan adanya penguatan dolar AS. Adapun dolar AS melemah selama beberapa pekan terakhir di tengah ekspektasi the Fed yang akan segera memperlambat kenaikan suku bunga.
"Ketua The Fed Jerome Powell akan berbicara tentang prospek ekonomi AS dan pasar tenaga kerja di acara Brookings Institution pada hari Rabu, yang kemungkinan akan memberikan lebih banyak petunjuk tentang prospek kebijakan moneter AS," ujar Ibrahim dalam risetnya dikutip Selasa (29/11/2022).
Lebih lanjut, Ibrahim mengatakan optimistis Indonesia jauh dari potensi resesi pada tahun 2023. Hal ini karena ketergantungan Indonesia terhadap luar negeri relatif kecil dengan rendahnya ekspor dan impor terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Selain itu, ketergantungan terhadap investasi asing juga relatif rendah.
Meski Indonesia sedang mengalami tren perlambatan ekonomi, perekonomian Indonesia masih lebih baik dari ekonomi negara lain. Perekonomian Indonesia masih relatif tinggi di tengah minusnya perekonomian dunia.
Hal ini tercermin dari laporan International Monetary Fund (IMF) yang memproyeksi pertumbuhan perkonomian global tahun 2023 sebesar 2,7 persen. Angka ini juga turun dibandingkan perkiraan untuk tahun ini sebesar 3,2 persen.