Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kompak! Rupiah Dibuka Loyo Ikuti Dolar AS

Rupiah dibuka melemah 0,06 persen dan membawanya ke posisi Rp15.732 per dolar AS. Adapun indeks dolas AS juga terpantau ikut turun 0,18 persen ke posisi 106,418
Pegawai merapikan uang Rupiah di kantor cabang BNI, Jakarta, Rabu (28/9/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha
Pegawai merapikan uang Rupiah di kantor cabang BNI, Jakarta, Rabu (28/9/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA - Nilai tukar mata uang rupiah terhadap dolar AS dibuka melemah pada awal perdagangan, Selasa (29/11/2022).

Mengutip data Bloomberg pukul 09.01 WIB, nilai tukar rupiah dibuka melemah 0,06 persen dan membawanya ke posisi Rp15.732 per dolar AS. Adapun indeks dolas AS juga terpantau ikut turun 0,18 persen ke posisi 106,418.

Sejumlah mata uang di kawasan Asia lainnya tercatat bervariasi terhadap dolar AS, di antaranya  Won Korea Selatan menguat 0,74 persen, Rupee India menguat 0,02 persen, Yuan Cina naik 0,09 persen, baht Thailand naik 0,20persen. Serta Ringgit Malaysia yang terpantau melemah 0,55 persen ke posisi 4.504.

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi sebelumnya memproyeksi rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif. Meski demikian, mata uang rupiah berpotensi ditutup melemah pada rentang Rp15.700 hingga Rp15.770.

Ibrahim menyebutkan jika pemberlakukan pembatasan terkait Covid-19 berdampak besar terhadap perekonomian Cina. Bank sentral Cina, yakni People's Bank of China (PBOC) telah memangkas rasio persyaratan cadangan untuk bank sebesar 25 basis poin yang efektif 5 Desember 2022.

Adanya pembatasan Covid tersebut juga menimbulkan terjadinya protes yang memicu kebakaran di Urumqi. Ratusan demonstran dan polisi mengalami bentrok di Shanghai pada Minggu malam.

Peristiwa yang terjadi di Cina menyebabkan adanya penguatan dolar AS. Adapun dolar AS melemah selama beberapa pekan terakhir di tengah ekspektasi the Fed yang akan segera memperlambat kenaikan suku bunga.

"Ketua The Fed Jerome Powell akan berbicara tentang prospek ekonomi AS dan pasar tenaga kerja di acara Brookings Institution pada hari Rabu, yang kemungkinan akan memberikan lebih banyak petunjuk tentang prospek kebijakan moneter AS," ujar Ibrahim dalam risetnya dikutip Selasa (29/11/2022).

Lebih lanjut, Ibrahim mengatakan optimistis Indonesia jauh dari potensi resesi pada tahun 2023. Hal ini karena ketergantungan Indonesia terhadap luar negeri relatif kecil dengan rendahnya ekspor dan impor terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Selain itu, ketergantungan terhadap investasi asing juga relatif rendah.

Meski Indonesia sedang mengalami tren perlambatan ekonomi, perekonomian Indonesia masih lebih baik dari ekonomi negara lain. Perekonomian Indonesia masih relatif tinggi di tengah minusnya perekonomian dunia.

Hal ini tercermin dari laporan International Monetary Fund (IMF) yang memproyeksi pertumbuhan perkonomian global tahun 2023 sebesar 2,7 persen. Angka ini juga turun dibandingkan perkiraan untuk tahun ini sebesar 3,2 persen.

"Sementara di Indonesia, IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi 5 persen," jelas Ibrahim.

Pasar keuangan Indonesia juga dinilai kembali bergairah dengan adanya investor asing yang menempatkan dana di tanah air. Tercatat adanya Rp11,71 triliun inflow dari data transaksi non residen di pasar keuangan domestik pada periode 21-24 November 2022.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Artha Adventy
Editor : Ibad Durrohman
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper