Bisnis.com, JAKARTA - Belum genap setahun menjabat sebagai Direktur Utama PT Bukit Asam Tbk. (PTBA), Arsal Ismail melakukan sejumlah upaya agar efisiensi dapat dilakukan pada perusahaan yang dipimpinnya.
Arsal diangkat sebagai Direktur Utama anggota grup holding BUMN pertambangan tersebut sejak Desember 2021. Dalam waktu singkat, Arsal menyesuaikan kerja perusahaan dengan situasi dan kondisi pasca pandemi Covid-19 dan booming harga komoditas sebagai dampak perang antara Rusia dan Ukraina.
Dia memilih menjadi pemain tim dan menjadi CEO yang memimpin serta mengambil keputusan strategis secara kolektif kolegial.
"Saya turun dan ke tempat-tempat operasional, apa yang sudah dilakukan, yang sudah bagus diteruskan, tapi ada hal-hal lain yang harus dilakukan supaya lebih bagus. Contohnya, saya di lapangan membuat cost leadership, biaya-biaya ini dibuat benar-benar efektif dan terukur," jelasnya dalam sesi penjurian Bisnis Indonesia Top BUMN Awards 2022, Senin (21/11/2022).
Arsal menerangkan efisiensi dilakukan dengan mengambil perbandingan perusahaan tambang batu bara lain yang juga melantai di pasar modal, seperti PT Adaro Energy Tbk. (ADRO), dan PT Bayan Resources Tbk. (BYAN).
Dia memperbandingkan struktur biaya PTBA dengan emiten-emiten tambang lain, dan mengukur biaya yang masih terlalu tinggi untuk diperbaiki dan dibuat efisien.
Baca Juga
Langkah ini lanjutnya, cukup membuahkan hasil. Alasannya, PTBA memiliki tanggung jawab dari pemerintah wajib memenuhi 60 persen produksinya untuk PLN dengan harga penjualan yang diatur melalui skema domestic market obligation (DMO).
Sementara itu, struktur biaya PTBA meningkat seiring kebutuhan dari distribusi melalui kereta api dan harga BBM yang meningkat.
"Harga penjualan tetap US$70 per ton, tetapi kereta api dan BBM naik, hampir jual rugi. Kami bedah lagi, kalau korporasi dengan pemerintah, agak panjang prosesnya, kami lakukan ada sedikit penurunan rasio, biaya-biaya tidak perlu dibuang sehingga menghasilkan return," terangnya.
Arsal pun bersyukur PTBA dapat menghasilkan pertumbuhan double digit hingga kuartal III/2022. Dia mengklaim berhasil mempertahankan kinerjanya dengan tetap melayani penugasan dan dapat turut menikmati kenaikan harga batu bara meski porsi ekspor tidak sebesar perusahaan batu bara lain.
"Dari segi keuangan, kami coba investasi yang bisa menghasilkan, di antaranya beli kapal tongkang, ini sudah captive market, pasti kita pakai, saya urus nanti ke holding dan pemegang saham. Hal ini membuat pendapatan lain-lain naiknya lumayan tinggi," jelasnya.
Kunci perbaikan kinerja saat ini yakni harga batu bara yang naik, pengelolaan SDM, dan komunikasi dengan para pemangku kepentingan yang lebih intens.
PTBA membukukan pendapatan Rp31,07 triliun per kuartal III/2022, seperti dikutip dari laporan keuangannya. Nilai itu melonjak 60,31 persen year-on-year (yoy) dari sebelumnya Rp19,38 triliun per kuartal III/2021.
Beban pokok pendapatan PTBA mencapai Rp17,19 triliun dari sebelumnya Rp11,12 triliun. Namun, PTBA berhasil mencatatkan kenaikan laba bruto menjadi Rp13,87 triliun per kuartal III/2022 dari sebelumnya Rp8,25 triliun.
PTBA meraih laba tahun berjalan yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk Rp10 triliun. Laba bersih tersebut melonjak 109,75 persen yoy dari sebelumnya Rp4,76 triliun.