Bisnis.com, JAKARTA - Rencana akuisisi PLTU Batu Bara milik PLN di Pelabuhan Ratu oleh PT Bukit Asam Tbk. (PTBA) dinilai tidak akan memengaruhi kemampuan emiten batu bara ini membagikan dividen jumbo pada tahun ini.
Equity Research Analyst Maybank Sekuritas Indonesia Richard Suherman menerangkan dalam risetnya, rencana manajemen PTBA mengakuisisi PLTU Pelabuhan Ratu memang masih dalam tahap awal panggung, tetapi hal itu sudah cukup meyakinkan pasar. Menurut Richard, akuisisi tersebut tidak akan mempengaruhi kemampuan PTBA secara material untuk membayar dividen.
"Itu juga mengisyaratkan tidak akan mengambil 100 persen kepemilikan di CFPP kemungkinan dalam bentuk joint venture dan akan menggunakan campuran metode pembiayaan untuk menjaga biaya pendanaan rendah untuk memastikan investment rate of return [IRR] yang diinginkan," terangnya, dikutip Jumat (4/11/2022).
Dalam mengakuisisi PLTU Batu bara PLN berkapasitas 3x350 MW ini, PTBA juga akan dibantu dengan pembiayaan dari pinjaman dengan asumsi sebanyak 70 persen dengan cost of fund yang cukup murah lewat green financing.
“PTBA diperdagangkan pada PE 4,0 kali dan 5,2 kali untuk 2022 dan 2023, dengan potensi hasil dividen sebesar 20,0 persen dan 15,3 persen. Kami juga melihat keuntungan bagi PTBA dari skema retribusi baru yang diusulkan, dimana kami memperkirakan pendapatan naik 43 persen dari perkiraan dasar kami jika diterapkan,” jelasnya.
Maybank Sekuritas Indonesia mempertahankan rekomendasi beli pada PTBA dengan target harga lebih tinggi di Rp5.200 saat setelah merevisi earning per share (EPS) PTBA untuk 2022 dan 2023 kami sebesar 3,2 persen dan 9,7 persen.
Baca Juga
Analis juga merevisi perkiraan penjualan untuk 2022 dan 2023 sebesar 2,9 persen dan 10,7 persen menjadi Rp46,2 triliun dan Rp43,0 triliun karena analis meningkatkan asumsi harga batu bara menjadi US$350 dan US$250 per ton dari US$250 dan US$150 per ton.
“Karena porsi domestiknya yang tinggi, 60 persen dan ASP dibatasi pada US$70 per ton dan tingkat kualitas yang relatif rendah, kami merevisi ASP campuran kami hanya sebesar 2,9 persen dan 10,7 persen. Sementara itu, kami mempertahankan perkiraan volume 2022 dan 2023 kami di 36.0 juta ton dan 38.0 juta ton,” tambah Richard.
Revisi asumsi harga batu bara oleh analis juga meningkatkan proyeksi pendapatan PTBA pada 2022 dan 2023 kami sebesar 3,2 persen dan 9,7 persen menjadi Rp12 triliun dan Rp9,2 triliun.
“Kami telah memperhitungkan tarif royalti yang lebih tinggi dari 5,5 persen menjadi 11,0 persen menyusul perubahan peraturan baru bagi pemegang izin usaha pertambangan [IUP]. Akibatnya, ini meningkatkan estimasi biaya tunai kami sebesar 2,7 persen dan 10,9 persen dan sebagian mengimbangi dampak dari asumsi kenaikan ASP kami,” paparnya.