Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Melemah ke Rp15.684 per Dolar AS, Terendah di Asia

Rupiah mengakhiri perdagangan dengan pelemahan sebesar 0,14 persen atau 21,5 poin ke Rp15.684 per dolar AS.
Rupiah mengakhiri perdagangan dengan pelemahan sebesar 0,14 persen atau 21,5 poin ke Rp15.684 per dolar AS. Bisnis/Arief Hermawan P
Rupiah mengakhiri perdagangan dengan pelemahan sebesar 0,14 persen atau 21,5 poin ke Rp15.684 per dolar AS. Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ditutup melemah pada perdagangan akhir pekan Jumat (18/11/2022). Pelemahan ini membawa rupiah menjadi mata uang dengan koreksi terdalam pada perdagangan hari ini.

Berdasarkan data Bloomberg, rupiah mengakhiri perdagangan dengan pelemahan sebesar 0,14 persen atau 21,5 poin ke Rp15.684 per dolar AS. Sementara itu, indeks dolar AS terpantau turun 0,19 persen ke 106,49.

Di tengah pelemahan mata uang rupiah, mata uang di kawasan Asia juga turut terkoreksi. Beberapa di antaranya adalah dolar Taiwan turun 0,12 persen, baht Thailand turun 0,10 persen, won Korea Selatan turun 0,08 persen, rupee India turun 0,08 persen, dan ringgit Malaysia turun 0,02 persen,

Sementara itu beberapa mata uang yang terpantau menguat pada hari ini adalah yuan Cina naik 0,45 persen, yen Jepang naik 0,24 persen, peso Filipina naik 0,19 persen, dolar Singapura naik 0,08 persen, dan dolar Hong Kong naik 0,04 persen.

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menjelaskan, pergerakan rupiah juga dipengaruhi oleh keputusan Bank Indonesia (BI) yang menaikkan suku bunga acuan dalam Rapat Dewan Gubernur BI November 2022.

BI memutuskan mengerek BI 7-Days Repo Rate (BI7DRR) sebesar 50 basis poin (bps) menjadi 5,25 persen. Selain mengerek suku bunga acuan, BI juga menaikkan suku bunga deposit facility sebesar 50 bps menjadi 4,5 persen dan suku bunga lending facility sebesar 50 bps menjadi 6 persen.

Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, keputusan BI dalam menaikkan suku bunga acuan ini sebagai langkah front-loaded, pre-emptive, dan forward looking dalam menurunkan ekspektasi inflasi yang saat ini terlalu tinggi dan memastikan inflasi inti kembali ke sasaran lebih cepat dari target.

"Selain itu, Gubernur BI juga menyebut peningkatan suku bunga acuan ini untuk memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah agar sejalan dengan nilai fundamentalnya di tengah tingginya ketidakpastian pasar keuangan global dan makin kuatnya dolar AS," jelas Ibrahim dalam laporannya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper