Bisnis.com, JAKARTA — Grup Barito Pacific memilih strategi konservatif dalam pengelolaan laba tahun buku 2024 dengan menahan sebagian besar perolehan laba bersih guna mendukung ekspansi dan penguatan struktur keuangan perseroan ke depan.
Dua entitas utama Grup Barito Pacific, yakni PT Barito Pacific Tbk. (BRPT) dan PT Barito Renewables Energy Tbk. (BREN) sepakat mengalokasikan porsi besar dari laba bersih 2024 sebagai laba ditahan berdasarkan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) pada Juni 2025.
BRPT tercatat membukukan laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk senilai US$56,48 juta sepanjang 2024. Dari jumlah ini, sebesar US$560.000 atau 1% dialokasikan sebagai cadangan, sedangkan US$55,92 juta atau 99% ditetapkan sebagai laba ditahan.
Langkah serupa juga diambil oleh BREN selaku entitas anak. Sepanjang tahun lalu, emiten yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) sejak 2023 ini membukukan laba bersih US$122,1 juta.
BREN kemudian menetapkan US$89,13 juta atau 73% dari laba bersih sebagai laba ditahan, sedangkan sisanya US$31,75 juta atau sekitar 26% telah dibagikan sebagai dividen interim pada Desember 2024 dan diputuskan sebagai dividen final dalam RUPST. Sementara itu, sebesar 1% dari laba bersih atau senilai US$1,22 juta disisihkan sebagai cadangan wajib.
Baca Juga : Gelombang Penggalangan Dana Grup Barito Pacific (BRPT), dari Emisi Obligasi hingga IPO CDIA |
---|
Di sisi lain, PT Chandra Asri Pacific Tbk. (TPIA) yang juga bagian dari Grup Barito Pacific, memutuskan untuk menebar dividen tahun buku 2024 sebesar US$30 juta. Kendati demikian, dividen tersebut berasal dari laba ditahan pada tahun buku 2018 yang mencapai US$123,33 juta.
Pada 2025, Barito Grup menetapkan dua pilar utama bisnis yakni kimia dan infrastruktur serta energi yang terintegrasi untuk memacu pertumbuhan. Rencana ini akan didukung oleh solidnya pondasi keuangan dan komitmen perseroan pada keberlanjutan.
“Ke depan, strategi ekspansi kami didorong oleh visi yang baik untuk mendorong pertumbuhan berkelanjutan dan mengubah tantangan menjadi peluang,” ujar Direktur Utama Barito Pacific Agus Salim Pangestu dalam laporan tahunan perusahaan dikutip Selasa (1/7/2025).
Selain itu, perseroan berkomitmen menjaga struktur permodalan secara sehat dengan rasio utang terkendali dan strategi pembiayaan yang selektif. Adapun rencana belanja modal akan fokus pada penyelesaian proyek pengembangan di sektor petrokimia dan ekspansi energi terbarukan.
Baca Juga : Emiten Prajogo Pangestu, Barito Pacific (BRPT) Raih Penghargaan Bisnis Indonesia Awards 2025 |
---|
Sepanjang 2025, prioritas utama akan diarahkan pada integrasi dan optimalisasi unit-unit baru di sektor kimia, infrastruktur, dan energi milik TPIA. Diversifikasi pendapatan juga akan dilanjutkan melalui pengembangan lini bisnis logistik dan pelabuhan yang menopang rantai pasok industri.
Fokus lain adalah peningkatan kontribusi aset panas bumi melalui penambahan kapasitas dan ekspansi. Langkah ini akan dijalankan oleh BREN sebagai pemain utama di sektor energi panas bumi, sekaligus mendorong pengembangan energi angin melalui entitas anak yang telah dibentuk.
“Ke depannya, BREN tetap berfokus menjalankan strategi pertumbuhannya untuk menambah kapasitas hingga 1.300 MW pada 2028, yang akan dicapai melalui pengembangan unit-unit baru di wilayah operasi panas bumi milik Star Energy Geothermal yang telah beroperasi,” ucap Agus.
Sementara itu, Presiden Komisaris Barito Pacific Prajogo Pangestu meyakini bahwa perseroan memiliki prospek usaha yang menjanjikan seturut penerapan langkah strategis yang tepat sasaran, mulai dari langkah akuisisi hingga diversifikasi bisnis yang sedang ditempuh.
Berikut sejumlah langkah ekspansi Grup Barito Pacific
1. Akuisisi Shell Energy and Chemicals Park Singapore (SECP)
Pada Mei 2024, Chandra Asri Group bersama Glencore melalui perusahaan patungan CAPGC Pte. Ltd. mengakuisisi seluruh kepemilikan Shell Singapore Pte. Ltd. atas aset Shell Energy and Chemicals Park Singapore (SECP).
Akuisisi ini mencakup kilang minyak mentah dengan kapasitas 237.000 barel per hari dan fasilitas Ethylene Cracker berkapasitas 1,1 juta metrik ton per tahun yang berlokasi di Pulau Bukom. Selain itu, aset kimia hilir di Pulau Jurong juga termasuk dalam transaksi ini. Aksi ini merupakan langkah strategis memperluas kapasitas produksi dan memperkuat rantai nilai petrokimia secara regional.
2. Penandatanganan Perjanjian Offtake Garam dengan BCI Minerals
Chandra Asri Group menandatangani perjanjian offtake garam dengan BCI Minerals Limited (BCI) untuk pembelian pasokan garam dari proyek Mardie Salt milik BCI selama tiga tahun. Perseroan juga memiliki opsi perpanjangan hingga tiga tahun berikutnya. Garam tersebut akan digunakan sebagai bahan baku pabrik Chlor-Alkali skala global yang saat ini sedang dikembangkan.
3. Akuisisi 100% Saham PT UPC Sidrap Bayu Energy (Sidrap)
PT Barito Wind Energy, anak usaha Barito Renewables, menyelesaikan akuisisi penuh atas PT UPC Sidrap Bayu Energy dari UPC Renewables Asia Pacific Holdings Pte. Ltd. dan ACEN Renewables International Pte. Ltd.
Sidrap merupakan pembangkit listrik tenaga angin pertama di Indonesia dan salah satu yang terbesar dengan kapasitas terpasang sebesar 78,75 megawatt (MW), berlokasi di Sulawesi Selatan. Akuisisi ini juga mencakup PT Operation and Maintenance Indonesia (OMI) yang berperan penting dalam pengelolaan operasional PLTB tersebut.
4. Akuisisi Armada Kapal Energi dan Kimia
Melalui anak usahanya PT Chandra Daya Investasi (CDI), Chandra Asri Group mengakuisisi dan mengoperasikan empat kapal pengangkut minyak, bahan kimia, dan gas bumi pada November 2024. Armada tersebut akan dikelola oleh dua entitas logistik CDI, yakni PT Chandra Shipping International (CSI) dan PT Marina Indah Maritim (MIM).
5. Dukungan terhadap Proyek PLTP melalui AsreneSP4808
Chandra Asri Group mendukung pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) dengan menyediakan material AsreneSP4808. Produk ini merupakan resin lokal bersertifikasi SNI dengan tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) tertinggi, yang diformulasikan khusus untuk pembuatan pipa HDPE kelas PE 100.
Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas kerugian atau keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.