Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dolar AS Melemah, Nilai Tukar Rupiah Ikut Tergelincir ke Level Rp16.221

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat dibuka melemah ke posisi Rp16.221 pada perdagangan hari ini, Rabu (2/7/2025).
Karyawan menghitung uang dolar AS di salah satu penukaran uang di Jakarta, Selasa (24/6/2025). Bisnis/Abdurachman
Karyawan menghitung uang dolar AS di salah satu penukaran uang di Jakarta, Selasa (24/6/2025). Bisnis/Abdurachman

Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dibuka melemah ke posisi Rp16.221 pada perdagangan hari ini, Rabu (2/7/2025). Di sisi lain, greenback juga mengalami pelemahan sebesar 0,09%. 

Mengutip Bloomberg, rupiah dibuka melemah sebesar 21,5 poin atau 0,13% menuju level Rp16.221 per dolar AS. Adapun indeks dolar AS juga terkontraksi 0,09% ke 96,73.

Sementara itu, mata uang di Asia mayoritas dibuka melemah. Yen Jepang melemah 0,20% bersama won Korea sebesar 0,42%. Pada saat bersamaan, baht Thailand dan ringgit Malaysia juga melemah dengan persentase masing-masing 0,15% dan 0,41%.

Pengamat forex Ibrahim Assuaibi memproyeksikan bahwa rupiah akan bergerak fluktuatif tetapi berpotensi ditutup menguat di rentang Rp16.130-Rp16.190 per dolar AS pada hari ini. 

Menurutnya, ada sejumlah faktor yang memengaruhi pergerakan rupiah. Dari eksternal, isu fiskal AS dan dinamika perdagangan global membayangi sentimen pasar keuangan pada awal pekan ini.

Hal tersebut dikarenakan Senat Amerika Serikat meloloskan secara prosedural rancangan undang-undang bertajuk One Big Beautiful Bill. RUU ini mengusulkan pemangkasan pajak besar-besaran yang didanai oleh pemotongan belanja program Medicaid dan energi hijau.

“Oleh karena itu investor khawatir pemotongan pajak yang agresif, yang dipasangkan dengan pengurangan belanja pemerintah, dapat mengikis disiplin fiskal dan memicu inflasi jangka panjang,” ujar Ibrahim dalam keterangan tertulis.

Dia menambahkan bahwa pasar saat ini menanti pidato Ketua The Fed Jerome Powell dalam forum yang diselenggarakan Bank Sentral Eropa (ECB). Pernyataan Powell dinilai krusial dalam memberikan sinyal arah kebijakan suku bunga AS ke depan.

Dari dalam negeri, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan neraca perdagangan Indonesia pada Mei 2025 mencatatkan surplus sebesar US$4,3 miliar. Realisasi tersebut memperpanjang tren surplus menjadi 61 bulan berturut-turut sejak Mei 2020.

Nilai ekspor Indonesia tercatat mencapai US$24,61 miliar, tumbuh 9,68% secara tahunan (year on year/YoY), sedangkan nilai impor mencapai US$20,31 miliar atau meningkat 4,14% YoY. Surplus neraca dagang utamanya disumbang oleh komoditas nonmigas seperti lemak dan minyak nabati (HS15), bahan bakar mineral (HS27), serta besi dan baja (HS72).

Di sisi lain, kinerja manufaktur Indonesia masih menunjukkan tekanan. Indeks PMI Manufaktur S&P Global turun menjadi 46,9 pada Juni 2025 dari bulan sebelumnya 47,4. Dengan demikian, ini merupakan level terendah kedua sejak Agustus 2021.

Kontraksi tersebut, kata Ibrahim, mencerminkan penurunan pada kondisi operasional sektor manufaktur, termasuk turunnya output, aktivitas pembelian, serta jumlah tenaga kerja. Melemahnya permintaan menjadi faktor utama penurunan di pertengahan 2025.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Ana Noviani
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper