Bisnis.com, JAKARTA – Berdasarkan data Bank Indonesia penjualan dan penyaluran kredit properti terus mengalami pertumbuhan meski bayang-bayang resesi terus menghantui. Akankah itu berdampak bagi rights issue BBTN?
Hasil Survei Harga Properti Residensial (SHPR) Bank Indonesia mencatat ada peningkatan harga properti residensial hingga kuartal III/2022. Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) pada triwulan III 2022 tercatat sebesar 1,94 persen (yoy), lebih tinggi dibandingkan 1,66 persen (yoy) pada triwulan sebelumnya.
Akan tetapi, BI memperkirakan pada triwulan IV/2022, harga properti residensial primer diperkirakan naik secara terbatas sebesar 1,65 persen (yoy).
Adapun peningkatan harga dibarengi dengan pertumbuhan penjualan properti residensial. Hal ini terindikasi dari penjualan properti residensial yang tumbuh sebesar 13,58 persen (yoy) pada triwulan III 2022, meski lebih rendah dari 15,23 persen (yoy) pada triwulan sebelumnya.
Sementara itu, BI mencatat pembiayaan perbankan dengan fasilitas KPR masih menjadi pilihan utama dalam pembelian properti residensial dengan pangsa sebesar 74,53 persen dari total pembiayaan.
Penguatan dari sisi suplai dan demand sektor properti ini membuat Head of Equity Trading MNC Sekuritas Medan Frankie Wijoyo Prasetio optimistis pemulihan ekonomi akan menjadi motor bagi emiten terkait mendulang cuan.
Baca Juga
Menurutnya dari sisi penyaluran kredit bank plat merah BTN (BBTN) bakal memetik keuntungan paling besar di tahun depan. “BTN yang yang memiliki pendapatan utama dari penyaluran kredit rumah diproyeksikan tetap bertumbuh di tahun mendatang, terlebih lagi pemerintah memfasilitasi kepemilikan rumah,” katanya Rabu (16/11/2022).
Fasilitas yang diberikan pemerintah melalui BBTN antara lain subsidi bunga dan dana talangan uang muka KPR. Pemerintah menjadikan BTN sebagai tulang punggung dalam menekan angka backlog melalui program Sejuta Rumah Rakyat.
Maka itu, Frankie menargetkan saham BBTN bakal menyentuh level Rp1.620 dalam jangka pendek. Sementara itu, RHB Sekuritas dan BRI Danareksa Sekuritas menyematkan target price Rp2.450 dan Rp2.500. Target harga ini mencerminkan kinerja dan prospek BBTN setelah merampungkan rights issue. Saat ini saham BBTN diperdagangkan di level Rp1530, mencerminkan rasio PBV 0,76 kali.
Para analis ini sepakat selama kenaikan suku bunga acuan diiringi oleh pertumbuhan ekonomi, daya beli masyarakat akan perumahan masih tergolong stabil dan cenderung bertumbuh. “Jadi wajar jika harga jual properti perlahan turut naik, dimana turut ditambah oleh faktor kenaikan harga bahan baku bangunan. Untuk proyeksinya sektor properti masih akan cukup bergairah menuju tahun 2023 mendatang, walau ditengah isu resesi,” kata Frankie.
Frankie menyebut ada beberapa faktor yang menopang hal ini yang utamanya datang dari kekuatan ekonomi Indonesia yang ditopang oleh sejumlah komoditas utama seperti CPO, Batubara dan hasil tambang lainnya. Secara siklus, lanjutnya, setelah sejumlah komoditas mengalami pertumbuhan umumnya akan diikuti oleh kenaikan sektor properti dan real estate.
Staf khusus Menteri Negara BUMN Arya Mahendra Sinulingga, menilai rights issue BBTN akan sangat berbeda. “Rights issue ini tergolong langka karena BBTN terakhir melakukan aksi korporasi serupa pada 2012 lalu. Dan yang melakukannya adalah institusi perbankan dengan fokus bisnis yang spesifik karena menjalankan penugasan negara,” ujar Arya.
Selain itu prospek bisnis BBTN juga menjanjikan. Arya menjelaskan banyak yang mengkhawatirkan kredit properti akan melambat imbas kenaikan inflasi dan suku bunga tinggi. “Soal inflasi dan suku bunga, memang demikian faktanya. Tapi dampak ke setiap bank, belum tentu sama. Tidak bisa digeneralisasi karena kondisi masing masing bank sangat berbeda,” jelasnya.
Arya optimistis permintaan KPR BTN akan tetap tumbuh karena target pasarnya adalah pemilik rumah pertama dan untuk ditinggali. Jumlah calon pemilik rumah pertama itu berlimpah karena angka backlog masih sangat tinggi di mana sebagian besar adalah golongan masyarakat berpenghasilan rendah (MBR). “BBTN merupakan tulang punggung pemerintah dalam menyalurkan kredit bersubsidi ke segmen MBR,” katanya.