Bisnis.com, JAKARTA - Tren penjualan properti residensial atau rumah tapak pada kuartal III/2022 menurun dibandingkan semester I/2022. Bersamaan dengan hal ini Bank Indonesia (BI) juga memprediksi harga rumah tapak akan meningkat secara terbatas hingga 1,65 persen secara year-on-year (yoy) pada akhir tahun ini. PT Intiland Development Tbk. (DILD) yang merupakan emiten properti jagoan Lo Kheng Hong juga berupaya melakukan kampanye guna menyokong penjualan.
Corporate Secretary Intiland Development Theresia Rustandi mengatakan kampanye tersebut bernama Intiland Fund Fair yang bertujuan memberi informasi kepada konsumen bahwa terdapat proyek yang affordable atau dapat dijangkau oleh konsumen.
"Konsumen itu bisa melihat dan mendapatkan banyak benefit dari kampanye dan promo seperti ini," ujar Theresia kepada Bisnis pada Rabu (16/11/2022).
Selain itu, DILD tengah mengupayakan untuk menebar informasi produk secara digital seiring dengan adanya perubahan pola konsumsi masyarakat. Theresia memberi contoh bahwa dahulu konsumen lebih suka untuk membuka website perseroan untuk memperoleh informasi, tetapi hal tersebut sudah jarang dilakukan di masa ini.
DILD juga mengupayakan kolaborasi dengan berbagai bank agar konsumen memiliki banyak pilihan pendanaan. Hal ini lantas membuat konsumen tidak hanya terpaku pada kredit pemilikan rumah (KPR) sebagai opsi pendanaan untuk membeli rumah.
Per 30 September 2022, DILD mencetak prapenjualan atau marketing sales hingga Rp1,09 triliun. Adapun target marketing sales untuk tahun ini mencapai Rp2,4 triliun, sehingga DILD telah mencapai 45,41 persen target marketing sales.
Baca Juga
DILD juga memiliki recurring income atau pendapatan berulang sebesar Rp516 miliar pada kuartal III/2022. Khusus untuk rumah tapak disebut berkontribusi hingga Rp586 miliar atau 59 dari total pendapatan.
Kemudian insentif Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP) telah berkontribusi penjualan DILD hingga Rp127,7 miliar. Manajemen menilai insentif tersebut berdampak positif bagi pertumbuhan properti sehingga DILD juga mengusulkan pemerintah dapat mengaktifkan kembali insentif tersebut atau meluncurkan stimulus lain untuk mendongkrak sektor properti secara nasional.
"Disitu lah peran penting pemerintah. Kalau memang pemerintah masih berkenan untuk melihat ya untuk bisa memacu daya beli ini [perlu stimulus] dan perlu diingat kalo industri properti itu kan industri yang mendorong industri lainnya," ujar Theresia.
Hasil Survei Harga Properti Residensial (SHPR) dari BI memperkirakan harga properti residensial akan meningkat secara terbatas 1,65 persen pada semester II/2022. Proyeksi ini dilatarbelakangi adanya peningkatan harga properti residensial yang masih berlanjut hingga kuartal III/2022.
Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) menunjukkan kenaikan 1,94 persen pada kuartal III/2022 secara yoy. Angka ini lebih tinggi dari 1,66 persen pada semester I/2022.