Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat kembali ditutup melemah pada perdagangan Kamis (3/11/2022), setelah bank sentral Amerika Serikat Federal Reserve atau The Fed kembali menaikkan suku bunga acuan sebesar 75 basis poin pada pertemuan 1-2 November 2022.
Berdasarkan data Bloomberg, rupiah mengakhiri perdagangan dengan pelemahan sebesar 0,31 persen atau 48,5 poin ke Rp15.695 per dolar AS. Sampai pukul 15.01 WIB, indeks dolar AS terpantau menguat 1,02 persen atau naik 1,13 poin ke 112,36.
Sejalan dengan rupiah, mayoritas mata uang di kawasan Asia terpantau juga melemah. Pelemahan terbesar terjadi pada Peso Filipina yang turun 0,21 persen, kemudian disusul won Korea Selatan sebesar 0,45 persen, dan yuan China melemah 0,41 persen.
Baht Thailand juga melemah 0,37 persen terhadap dolar AS, kemudian ringgit Malaysia melemah 0,18 persen, dan yen Jepang melemah tipis 0,06 persen.
Kenaikan suku bunga 75 basis poin yang ditetapkan The Fed mengantarkan Fed Fund Rate ke posisi 3,75 – 4 persen. Dengan keputusan ini, The Fed telah menaikkan suku bunga acuan sebesar 75 basis dalam empat pertemuan berturut-turut. Ini juga merupakan level suku bunga tertinggi sejak tahun 2008.
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi dalam risetnya menyebutkan indeks dolar dan indeks dolar berjangka masing-masing naik 0,5 persen setelah Federal Reserve menaikkan suku bunga.
Di sisi lain, Gubernur Federal Reserve Jerome Powell menepis spekulasi bahwa The Fed akan mulai menghentikan kebijakan hawkish. Dia mengatakan Bank Sentral akan terus menaikkan suku bunga lebih lama dari yang diperkirakan semula.
“Powell mengatakan bahwa suku bunga AS, yang saat ini berada di level tertinggi sejak krisis keuangan 2008, juga akan mencapai puncaknya pada level yang jauh lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya karena inflasi yang sangat tinggi,” kata Ibrahim dalam riset, Kamis (3/11/2022).
Sementara itu, Dana Moneter Internasional (IMF) dalam rilis terbaru memasukkan Indonesia ke dalam daftar 10 negara dengan ekonomi terbesar dunia. Namun Ibrahim menilai Indonesia tetap perlu waspada terhadap risiko resesi ekonomi global.
“Besarnya PDB Indonesia berdasarkan data yang disajikan oleh IMF berbanding terbalik dengan situasi asumsi makro ekonomi Indonesia. Dan ini terlihat dari makin terdepresiasinya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS,” kata dia.
Melihat sentimen di atas, Ibrahim memperkirakan rupiah akan dibuka berfluktuatif pada perdagangan Kamis besok, tetap ditutup melemah di rentang Rp15.680—Rp15.740.