Bisnis.com, JAKARTA — Pertumbuhan positif yang dibukukan sederet emiten perkebunan sawit (CPO) bikin saham-saham di sektor ini mulai difavoritkan analis. Teranyat, giliran CGS-CIMB Sekuritas yang menyematkan rating positif untuk dua emiten terafiliasi konglomerat TP Rachmat, PT Triputra Agro Persada Tbk. (TAPG) dan PT Dharma Satya Nusantara Tbk. (DSNG).
CGS-CIMB Sekuritas Indonesia mempertahankan rekomendasi akumulasi untuk saham kedua perusahaan, seiring dengan kinerja positif hingga akhir kuartal III/2022. Target harga untuk saham TAPG dan DSNG juga dikerek naik.
Analis CGS-CIMB Sekuritas Indonesia Peter P. Sutedja dan Reynanda A. Purwoko dalam risetnya menyebutkan meski laba bersih TAPG pada kuartal III/2022 turun 29 persen secara kuartalan menjadi Rp641 miliar, tetapi laba bersih sepanjang Januari—September 2022 tumbuh 228,78 persen menjadi Rp2,42 triliun.
Kenaikan laba bersih tidak lepas dari meningkatnya volume produksi tandan buah segar (TBS) TAPG akibat iklim yang mendukung pada 2020 dan 2021. Produksi pada kuartal III/2022 tercatat naik 40 persen dibandingkan dengan tahun lalu sehingga membuat produksi sepanjang Januari—September 2022 tumbuh 19 persen yoy di angkat 2,7 juta ton.
“Melihat performa tersebut, kami menaikkan proyeksi untuk pertumbuhan laba bersih pada 2022 sebesar 14 persen sehingga menjadi Rp3,42 triliun dan proyeksi 2023 naik 2 persen menjadi Rp2,31 triliun,” tulis Peter dan Reynanda, dikutip Minggu (30/10/2022).
Kenaikan proyeksi ini didasari oleh naiknya proyeksi produksi TBS, baik dari kebun inti maupun plasma, dan juga produksi minyak sawit mentah (CPO). Harga jual rata-rata minyak sawit dan minyak kernel juga menjadi faktor pendorong estimasi mengingat pemerintah telah kembali membuka keran ekspor dan tetap menghapus pungutan ekspor sawit.
Baca Juga
CGS-CIMB mempertahankan rekomendasi add dan menaikkan target harga hingga akhir 2023 menjadi Rp930, dari sebelumnya Rp825, dengan berdasarkan 0,5 standar deviasi di bawah rata-rata P/E DSNG selama 7 tahun. DSNG memiliki profil yang kurang lebih sama dengan TAPG.
“Katalis re-rating mencakup relaksasi lebih lanjut dari keputusan DMO dan perpajakan, sementara risiko mencakup kondisi cuaca, penurunan harga CPO dan pengenaan pajak korporasi,” kata Peter dan Reynanda.
Adapun untuk DSNG, laba bersih yang mencapai Rp893,11 miliar sepanjang Januari—September 2022 telah melampaui ekspektasi CGS-CIMB sebesar 128 persen dari proyeksi 2022 dan 102 persen dari konsensus Bloomberg. Laba bersih tersebut tumbuh 114,75 persen dibandingkan laba bersih pada periode yang sama tahun lalu sebesar Rp415,88 miliar.
DSNG melaporkan penjualan sebesar Rp6,58 triliun sepanjang Januari—September 2022, dengan volume penjualan CPO mencapai 425.000 ton. Selama kuartal III/2022, Dharma Satya berhasil mempertahankan margin kotor di 34 persen meski harga pupuk lebih tinggi karena perusahaan meningkatkan pembelian TBS dari pihak ketiga ketika harga CPO turun.
“Kami memperkirakan tekanan biaya di kuartal keempat bisa dikendalikan karena DSNG telah mengunci kesepakatan harga pupuk 2022. Di sisi lain, harga kayu bertahan di Rp7,4 juta per meter persegi sepanjang Januari—September 2022 atau naik 23 persen Yoy sehingga bisa menjadi buffer jika harga CPO turun,” papar Peter dan Reynanda.
Berkaca pada performa tersebut, CGS-CIMB menaikkan estimasi core EPS ke 62 persen pada 2022 dan 5 persen pada 2023 yang mencerminkan margin yang kuat, harga rata-rata dari bisnis kayu yang lebih tinggi, dan volume penjualan CPO yang naik.
“Kami pertahankan Add call dan menaikkan target harga sampai akhir 2023 menjadi Rp665 dari sebelumnya Rp570 berdasarkan 8.6x forward P/E, std. dev. di bawah rata-rata selama 7 tahun, dan memperhitungkan ESG leading position DSNG pada ESG metrics di tengah risiko regulasi dan harga CPO yang relatif sudah sentuh level peak-nya,” tulis keduanya.